Pendapatan Migas 2005 Capai Rp 153,1 Triliun

 

Jumat, 30 Desember 2005, 13:48 WIB
Pendapatan Migas 2005 Capai Rp 153,1 Triliun

Laporan -

JAKARTA, investorindonesia.com

Pemerintah memperkirakan pendapatan negara dari sektor minyak dan gas (migas) 2005 akan mencapai Rp 153,1 triliun atau meningkat 41,5% dibanding 2004 yang tercatat Rp 108,2 triliun.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro dalam evaluasi kegiatan sektor ESDM 2004-2005 di Jakarta, Jumat mengatakan, hingga 23 November 2005, realisasi penerimaan migas memang baru mencapai Rp 96,29 triliun.

"Namun, kami optimistis hingga akhir 2005 akan mencapai Rp 153,1 triliun atau meningkat 41,5 % dibanding 2004 yang tercatat Rp 108,2 triliun," katanya.

Purnomo mengatakan, volume ekspor minyak mentah dan kondensat 2005 memang mengalami penurunan dari 178,87 juta barel pada tahun 2004 menjadi 157,5 juta barel.

Namun, nilai ekspor justru meningkat dari US$ 6,47 miliar pada 2004 menjadi US$ 8,053 miliar pada 2005. "Meski volume menurun, namun nilai ekspor meningkat akibat kenaikan harga minyak dunia," katanya.

Untuk elpiji, lanjutnya, juga mengalami penurunan volume ekspor, namun memperoleh kenaikan nilai. Angka ekspor elpiji 2005 adalah 1,028 juta metrik ton senilai US$ 406 juta, sedangkan tahun 2004 sebanyak 1,034 juta metrik ton senilai US$ 356 juta.

Sedang LNG, volume ekspor tahun 2005 mencapai 1.305 mmbtu atau mengalami sedikit penurunan dibanding 2004 sebanyak 1.322 mmbtu.

Sementara nilai ekspor LNG mengalami kenaikan dari US$ 7,72 miliar pada 2004 menjadi US$ 8,23 miliar pada 2005.

"Untuk kegiatan impor 2005, kita mengimpor minyak mentah sebesar 126,18 juta barel senilai US$ 6,92 miliar atau mengalami penurunan dibanding 2004 yang mencapai 148,49 juta barel senilai US$ 5,79 miliar," ujarnya.

Purnomo juga menjelaskan, realisasi subsidi BBM hingga November 2005 telah melebihi patokan yang ditetapkan dalam APBNP 2005.

Hingga posisi November, realisasi subsidi BBM sudah mencapai Rp 96,43 triliun atau 108 % dari patokan APBNP 2005 sebesar Rp 89,2 triliun.

"Kenaikan besaran subsidi itu disebabkan kenaikan harga minyak dunia yang sempat menyentuh US$ 70 per barel," katanya.

Untuk harga minyak dunia pada 2006, Purnomo memperkirakan akan tetap tinggi berkisarantara US$ 50-60 per barel. Sedang untuk harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) 2006, ia memperkirakan akan mencapai kisaran US$ 47-57 per barel.

Cadangan migas

Menyangkut cadangan terbukti minyak bumi nasional 2005, Purnomo menjelaskan, cadangan terbukti mengalami penurunan dari 4,3 miliar barel tahun 2004 menjadi 4,187 miliar barel 2005. Sedang, produksi minyak bumi dan kondensat 2005 hanya mencapai 1,06 juta barel per hari atau tidak mencapai target yang ditetapkan 1,075 barel per hari.

Untuk gas bumi, lanjut Purnomo, cadangan terbukti sampai 2005 mengalami kenaikan dari 94,77 triliun kaki kubik pada 2004 menjadi 97,25 triliun kaki kubik.

"Produksinya relatif stabil yakni 8,099 miliar kaki kubik gas bumi per hari dengan pemanfaatan gas bumi 7,765 miliar kaki kubik per hari," katanya.

Purnomo mengatakan, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan produksi migas seiring meningkatnya belanja investasi 2005 yang mencapai US$ 7,3 miliar.

Upaya itu antara lain peningkatan pengembangan lapangan migas marjinal dan sumur tua, optimalisasi produksi, peningkatan kegiatan eksplorasi, dan penemuan cadangan migas baru.

"Kami berharap lapangan Cepu, Jeruk, West Seno, Belanak dan lapangan milik PetroChina dan Pertamina dengan kapasitas hingga 350 ribu barel per hari bisa segera berproduksi," katanya. (ant)

sumber: