Pencemaran Merkuri Yang Terabaikan
Senin, 19 Desember 2005 00:38:26
Pencemaran Merkuri Yang Terabaikan
Minamata Hingga Ancaman Kehilangan Generasi Penerus
DAMPAK pencemaran merkuri atau air raksa terhadap kesehatan manusia memang mengerikan. Tidak hanya benjolan-benjolan pada tubuh, tetapi juga bisa merusak syaraf manusia. Jika hal itu terjadi, petaka besar mengintai karena bangsa ini akan kehilangan satu generasi yang cerdas atau lost generation.
Tanpa disadari, ancaman itu juga mengintai masyarakat Kalimantan khususnya Kalteng yang kini sungainya diduga telah tercemar merkuri.
Dugaan pencemaran merkuri di DAS Barito, Kahayan, Rungan dan Katingan sudah di atas ambang batas atau baku mutu yang hanya 0,001 miligram per liter.
Sangat keliru jika saat ini banyak pihak yang meremehkan atau mengabaikan ancaman ini. Pasalnya, dampak pencemaran merkuri terhadap manusia baru akan bisa dilihat lima hingga sepuluh tahun setelah orang terkontaminasi.
Secara logika, lambat tapi pasti malapetaka itu akan terjadi. Betapa tidak, dari 1.351 desa yang ada di Kalteng, 906 desa atau sekitar 69,37 persen masyarakatnya mengonsumsi air sungai yang tercemar merkuri untuk keperluan memasak dan minum.
"Sebagai orang ilmiah, kami tidak hanya melihat kandungan merkuri yang sudah melewati ambang batas atau baku mutu. Adanya merkuri di air sungai yang dikonsumsi masyarakat sudah menjadi indikasi kuat. Kalau saya boleh memprediksi, 2015 nanti mungkin sudah ada terbukti warga yang terkena penyakit akibat merkuri," kata Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Palangka Raya, Andrie Elia.
Proses pencemaran yang paling membahayakan adalah jika merkuri yang umumnya dihasilkan oleh aktivitas penambangan tanpa izin (peti) terurai menjadi metil merkuri. Diawali dengan masuk dalam plangkton dan tumbuhan yang dimakan oleh ikan dan rantai makanan itu berlanjut karena ikan tercemar metil merkuri dikonsumsi manusia. Akibatnya, metil merkuri akan menyebar melalui aliran darah bahkan hingga menyerang syaraf manusia.
"Dari hasil penelitian kami akhir November lalu, hampir semua sungai sudah tercemar merkuri di atas ambang batas, khususnya DAS Kahayan dan Rungan. Bahkan nanti cenderung akan menumpuk di pantai dan muara sungai. Solusinya yaitu, pemerintah harus tegas memutus rantai ini dengan menertibkan peredaran merkuri yang saat ini dijual bebas. Kami siap jika pemerintah meminta melakukan penelitian pada sampel rambut, kuku dan darah manusia," katanya.
Hal itu diakui Gubernur Agustin Teras Narang yang belum lama ini memerintahkan Badan POM untuk menertibkan peredaran merkuri. "Masa di tempat fotokopi juga bisa jual merkuri? Ini harus kita tertibkan karena akan mengancam kita semua," kata Teras saat dialog dengan Komisi IX DPR RI belum lama ini. norjani aseran
sumber: