Pencemaran Air Butuh Perhatian (2)

Di beberapa tempat, terutama daerah pengambilan air tanah yang intensif, sumur-sumur penduduk menjadi kering dan air tanahnya tercemar, sehingga daerah tersebut kesulitan air bersih. Kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan air tanah biasanya menjadi pilihan utama penduduk adalah dengan menggunakan air tanah yang semakin hari semakin dilakukan. Akibatnya permukaan air tanah mengalami penurunan karena setiap periode, masyarakat terus memperdalam sumurnya.

 

Pencemaran air tanah jga mengakibatkan dampak yang sangat signifikan terhadap manusia, berdasarkan penelitian oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2002, antara lain:

  • 100% dari 100 sampel sumur dangkal dikawasan permukiman seputar Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek) sudah tercemar, terutama oleh limbah penduduk, yaitu bakteri coli tinja, disamping zat kimia organik, ammonia, dan nitrit. Indikator bahwa suatu sumur tercemar limbah penduduk di antaranya ditemukan bakteri coli tinja antara 30 – 240.000 MPN per 100 ml, dan deterjen 0,07 – 5 mg/liter.
  •  Hasil pantauan terhadap kualitas sumur gali di Jakarta menunjukkan, sebagian besar contoh air diperiksa tercemar zat kimia (zat organik, ammonia, nitrit, dan phenol, dan juga logam berat (cadmium dan merkuri). Keberadaan zat kimia dalam air tertentu membahayakan kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Amonia dalam jumlah besar dapat terurai menjadi nitrit dan nitrat. Dalam tubuh, nitrit dari air minum akan bereaksi dengan haemoglobin, sehingga menghambat aliran oksigen dalam darah.
  • Phenol dengan kadar tertentu bias bersifat racun dalam tubuh. Sedangkan cadmium, meski dalam dosis kecil, bisa menimbulkan keracunan. Kalau terakumulasi dalam jaringan tubuh akan mengganggu fungsi ginjal, lambung, dan merapuhkan tulang. Begitu pula merkuri, jika terakumulasi dalam tubuh, akan meracuni sel-sel tubuh, merusak ginjal, hati, dan saraf, serta menimbulkan cacat mental.
  • Hanya 400 dari sekitar 4.000 industri di Jakarta yang mengelola limbahnya. Tidak ada sistem sanitasi di Jakarta sehingga air limbah seluruhnya dibuang ke sungai. Hanya sekitar 2 % air limbah di Jakarta mengalir ke instalasi pengolahan air limbah, yang umumnya hanya melayani gedung perkantoran dan sejumlah perumahan.

Maraknya berbagai kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap kuantitas dan kualitas air tanah antara lain: pembalakan hutan, pembakaran hutan oleh petani lading berpindah atau sistem pertanian tebang-bakar (slash and burn) mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah yang akhirnya berpengaruh

Admin (disadur dari Manajemen Air tanah Berbasis Konservasi, DESDM, 2008)

sumber: