Penambangan Mata Pencaharian Baru
SRIPO - LAHAN eks-tambang emas PT Barisan Tropical Mining (BTM) di wilayah Kecamatan Karangjaya, Kabupaten Mura, sejak perusahaan itu tidak beroperasional lagi tahun 2000, menjadi areal penambangan tradisionil. Ribuan warga yang bertarung dengan maut mengadu nasib melakukan penambangan, datang dari berbagai desa sekitar. Pengamatan Sripo pada Senin (11/10), sebelum memasuki areal tambang, sudah banyak berdiri pondok-pondok dan glundungan emas yang dibangun.
Bahkan aparat dari Desa Sukamenag pun ada yang mendirikan pondok dan glundungan pengelolaan emas secara tradisionil. “Sudah dua tahun terakhir, sejak PT BTM tutup, banyak warga yang menggarap tambang emas secara tradisionil. Hasil yang diperoleh cukup lumayan, dapat makan dan menyekolahkan anak-anak,� ujar Kowi (55) asal warga Desa Sukamenang. Menurut Bapak 8 anak ini, dalam sebulannya kalau nasib baik, hasilnya bisa mencapai Rp 1 juta.
Masyarakat di sekitar tambang ini mengetahi menambang emas secara tradisionil ini belajar dari warga dari Lebong Selatan, Kabupaten Rejanglebong (Bengkulu), yang sudah melakukan penambangan emas tradisionil sejak zaman Belanda. Kini sudah ribuan warga yang ikut melakukan penambangan tradisionil, hasilnya cukup lumayan. Dalam dua hari saja, kalau nasib lagi mujur hasil perolehan laku dijual harga Rp 500 ribu, tambahnya.
Banyak toko-toko emas di Lubuklinggau yang menampung hasil penambangan emas tradisionil sekarang, karena kadar emasnya cukup tinggi yakni diantaranya mencapai 60 persen. Kalau kadar emasnya tinggi satu gram laku dijual seharga Rp 53.000, imbuh