Penambang Puya Nganggur

Sampit, BPost

Senin, 27 Nopember 2006 01:10:38


Sahid, warga asal Palangka Raya mengaku masih bertahan di Sampit sambil menunggu musim hujan tiba sehingga aktivitas penambangan puya bisa kembali dilakukan. Sementara waktu, dia ikut kerabatnya bekerja menjadi tukang bangunan untuk biaya hidup sehari-hari.

"Kalau air sungai tidak ada, apa yang mau disemprotkan? Memang ada sebagian yang masih bisa menambang puya di lokasi-lokasi kering, tapi itu jumlahnya sangat sedikit. Untuk sementara bertahan di Sampit dulu sambil menunggu air sungai dalam," katanya.

Menurut Sahid, kondisi serupa juga dialami penambang lainnya seperti di Sebabi yang sebagian bahkan memilih pulang kampung. Dia memastikan, jika sungai mulai dalam maka para penambang akan kembali bekerja seperti biasanya. Terhentinya aktivitas penambangan puya berpengaruh besar terhadap penjualan minyak tanah (mitan).

Menurut informasi, selama ini para penambang menggunakan mitan sebagai campuran untuk mengoplos bahan bakar mesin sedot karena harga solar mahal.

Firmansyah, salah satu pemilik pangkalan di Jl Iskandar mengatakan, permintaan mitan turun drastis sejak kemarau. Harga mitan yang sebelumnya Rp4.000 turun menjadi Rp2.800, namun tidak mampu meningkatkan penjualan. Akibatnya, pangkalan kebingungan untuk menjual habis jatah mitan yang dikirim secara rutin oleh agen.

Saat permintaan tinggi, Firman mengaku bisa menjual satu tanki mitan dalam sehari. Sekarang selama tujuh hari baru bisa menjual setengah tanki mitan.

Firman menduga, sepinya permintaan disebabkan saat ini para penambang puya yang sering mengoplos mitan untuk bahan bakar mesin sedot sedang pulang kampung. mgb

Penambang pasir zirkon atau puya di Kotawaringin Timur (Kotim) yang jumlahnya mencapai ribuan orang hingga kini masih menganggur. Hujan yang turun dalam dua pekan terakhir belum mampu membuat sungai setempat dalam, sehingga aktivitas penambangan tidak bisa dilakukan karena tidak ada air untuk menyemprot pasir.
Penambang Puya Nganggur

sumber: