Pemerintahan Baru Harus Prediksi Harga Minyak 2005

KOMPAS. HARGA minyak dunia kembali mencetak rekor baru, mendekati 55 dollar AS per barrel, pada pekan lalu di bursa New York Mercantile Exchange. Jika lonjakan harga minyak mentah terus berlanjut, hal tersebut dapat mengancam perekonomian dunia. Oleh sebab itu, pemerintahan baru harus punya prediksi harga minyak tahun 2005.

Menanggapi fenomena lonjakan harga minyak mentah, Kompas mewawancarai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro yang juga Presiden Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Bagaimana Anda melihat pengaruh lonjakan harga minyak terhadap Indonesia?

Memang kita mematok harga minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2004 hanya 36 dollar AS per barrel. Namun, itu adalah angka rata-rata selama satu tahun. Jika kita mengikuti perkembangan harga minyak melalui media massa, maka harga 55 dollar AS per barrel itu terjadi di bursa New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara harga APBN mengikuti harga Indonesian Crude Price (ICP), maka kita masih sekitar 40 dollar AS per barrel. Jadi, kalau dirata-ratakan setahun, harga tersebut bisa tepat dan defisit APBN Rp 3,9 triliun.

Apakah kita masih bisa bersikap tenang dengan perkembangan harga yang seperti itu mengingat trennya terus meningkat?

Kita tidak bisa tenang-tenang saja, apalagi kalau melihat kebutuhan minyak mentah dunia saat ini tinggi, hingga kuartal kedua. Meskipun sebenarnya pasokan minyak dunia sudah berlebih, hingga sekarang kelebihan suplai itu belum diketahui keberadaannya. Pastinya, traders minyak bermain, di samping terdapat masalah lain di dunia yang memengaruhi fluktuasi harga minyak.

Melihat kenyataan itu, kita harus bersikap bagaimana?

Meski berat, sikap kita sejak awal sudah jelas, yakni Menteri Keuangan Boediono sudah sepakat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memilih tiga opsi dalam menyikapi lonjakan harga minyak. Opsi itu adalah menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak), pengetatan volume BBM yang didistribusikan, dan efisiensi kilang minyak Pertamina. Opsi menaikkan harga BBM sudah sejak awal tidak menjadi pilihan karena terbatasnya waktu bagi pemerintah sekarang untuk membuat keputusan tersebut.

Pengetatan juga tidak mungkin dilakukan karena bisa berdampak kelangkaan BBM, yang menimbulkan kerawanan bagi pemerintah sekarang dan mendatang. Jadi, kami berbicara dengan Pertamina agar melakukan efisiensi untuk mengurangi biaya kilang.

Kira-kira apa yang terbaik harus dilakukan oleh pemerintahan baru jika harga minyak mentah tetap tinggi?

Pemerintah mempunyai kesempatan masa sidang dengan DPR untuk membahas APBN 2005. Pemerintah sekarang sudah memberikan ruang bagi pemerintah mendatang dengan menyusun APBN 2005 sebagai base line saja. Jadi, dengan adanya kabinet baru, bisa melakukan review terhadap kebijakan yang cocok mengenai asumsi APBN 2005 yang sudah mematok harga minyak hanya 24 dollar AS per barrel, dengan subsidi BBM Rp 19 triliun.

Berapa prediksi harga minyak tahun depan?

Pemerintahan baru memang seharusnya memiliki estimasi harga minyak yang bakal terjadi tahun 2005. Namun, untuk itu harus melihat dahulu berbagai faktor lain guna menetapkan harga patokan minyak di dalam APBN. Sebab, pemerintah selalu berpegang dengan prinsip kehati-hatian jika membuat satu patokan angka untuk APBN. Jadi tidak selamanya harga di APBN mencerminkan harga minyak tahun tersebut.

Apakah permintaan presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono meminta negara-negara Timur Tengah untuk menstabilkan harga?

Saya menerjemahkan permintaan Susilo Bambang Yudhoyono adalah meminta negara Timur Tengah menjaga suplai tetap aman kepada pasar. Jika suplai tetap terjamin, secara psikologis harga bisa tertekan. Jadi, permintaan presiden terpilih adalah agar negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Nigeria tetap menjaga lapangan minyak mereka supaya tetap berproduksi.

Sekarang harga minyak tinggi. Bagaimana dengan produksi minyak kita yang turun?

Produksi minyak kita memang turun sebab produksi minyak adalah sumber daya alam yang habis dari waktu ke waktu. Satu-satunya cara meningkatkan produksi minyak adalah melakukan kegiatan eksplorasi. Namun, eksplorasi hanya bisa dilakukan investor jika diberikan insentif. Salah satu insentif yang mungkin dilakukan adalah reformasi pajak.

Jadi, kalau mau meningkatkan produksi minyak, saat ini fokusnya pada pajak sebab investor menginginkan sistem perpajakan diperbaiki. Namun, memang kalau berbicara pajak, dilemanya adalah kita ingin meningkatkan pendapatan negara, tetapi investasi akan turun.

sumber: