Pemerintah Ragukan Tailing MNR Penyebab Minamata

JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah belum yakin kasus pencemaran lingkungan yang menimbulkan gejala penyakit minamata di Dusun Ratatotok, Desa Buyat, Kotabunan, Bolaang Mongondow (Sulut) merupakan dampak kegiatan pertambangan PT Newmont Minahasa Raya (MNR) yang beroperasi di sana. Karena itu, dalam waktu dekat Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM) menurunkan tim gabungan yang terdiri dari unsur DESDM dan Depkes untuk mengkaji dan meneliti kasus tersebut.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu, mengatakan, pengkajian itu mencakup operasi pertambangan yang dilakukan MNR betul-betul menyebabkan timbulnya penyakit minamata bagi masyarat Desa Buyat. Pasalnya, sebelum ini telah dilakukan analisis dampak lingkungan (amdal) yang menyatakan bahwa penambangan NMR tidak masalah.

"Sekarang yang terpenting kita lihat dulu apa betul korban adalah dampak keberadaan NMR. Kita minta klarifikasi. Saya sudah instruksikan Dirjen saya apakah penyakit yang diderita warga Desa Buyat itu merupakan akibat tailing (sisa penambangan)," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Senior Manager Environment Affair PT Newmont Pascipic Nusantara, Kadar Wiryanto, membantah bahwa kegiatan MNR selama ini merupakan penyebab timbulnya penyakit minamata di kalangan warga Dusun Buyat. "Kami tidak percaya bahwa kasus penyakit Minamata telah terjadi di Buyat. Kami berharap pemerintah dapat secepatnya melakukan penyelidikan untuk mengungkap kebenaran fitnah keji ini," katanya.

Ratusan warga Dusun Ratatotok di Desa Buyat, Kecamatan Kotabunan, Bolaang Mongondow, memang dilaporkan menderita penyakit yang diduga mirip kasus minamata (minamatabyo) yang pernah mewabah di Jepang. Penyakit itu diduga berasal dari air Teluk Buyat yang terkontaminasi logam berat Arsenic (As) dan merkuri yang dibuang pabrik penambang emas asal AS. NMR. Karena itu, Selasa lalu warga Ratatotok yang diwakili Masna Stirman dan Juriah Ratumbahe mengadukan MNR dan Depkes ke Mabes Polri di Jakarta. Sebelumnya, mereka juga mendatangi Kedubes AS di Jakarta untuk meminta pertanggungjawaban.

Penyakit yang banyak diderita warga Dusun Buyat ini antara lain tumor, cacat tubuh, dan gejala klinis aneh lain. Salah satunya adalah yang dialami Andini Lensun dan Sri Fika, keduanya adalah anak Masna Stirman. Andini meninggal mengenaskan pada usia lima bulan. Sedangkan Sri yang baru berumur 1,9 tahun dan ikut dibawa ke Jakarta mengalami penyakit kulit parah. Sementara Juriah Ratumbahe menderita penyakit yang diduga tumor di leher.

Penyakit minamata sendiri kali pertama ditemukan di Teluk Minamata (Jepang) pada tahun 1956 dan mencapai puncaknya pada tahun 1968. Direktur salah satu rumah sakit di Minamata menemukan gejala yang seragam pada semua pasiennya. Yakni bahwa mereka mengalami kerusakan sistem syaraf. Penyakit minamata tidak hanya berdampak buruk pada manusia, tetapi juga binatang. Dalam sebuah kasus, kucing yang memakan ikan yang sudah tercemar jalannya jadi terseok-seok dan mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya mati.

Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata para pasien itu tercemar mercury yang dibuang Nippon Nitrogen Fertilizer. Polutan masuk dalam tubuh binatang laut seperti ikan, kerang, udang, dan makhluk hidup laut lain. Hewan laut tersebut kemudian banyak dimakan orang Jepang sehingga wabah minamata pun meluas.

sumber: