Pemerintah Lelang Enam Blok Gas Metana Batu Bara

Jumat, 16 Maret 2007

Jakarta, Kompas - Pemerintah akan melelang enam wilayah kerja gas metana batu bara pada bulan April 2007. Perusahaan yang mengembangkan akan mendapatkan insentif bagi hasil yang lebih besar.

Direktur Hulu Ditjen Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Priyono, Kamis (15/3) di Jakarta, mengatakan, keenam blok tersebut berada di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur yang memiliki cadangan batu bara cukup besar.

Menurut Priyono, pemerintah memberikan kesempatan kepada pemilik wilayah pertambangan atau migas untuk mengajukan penawaran terlebih dahulu.

Apabila pemilik wilayah tambang atau migas tidak berminat, wilayah itu akan dilelang secara terbuka. Gas metana batu bara adalah gas yang terperangkap di antara lapisan batu bara.

Meskipun pengembangan gas metana batu bara melibatkan wilayah kerja pertambangan batu bara dan wilayah kerja migas, prioritas pengembangan diberikan kepada eksploitasi gasnya terlebih dahulu.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 33 Tahun 2006 telah memutuskan pola pengembangan gas metana batu bara mengikuti pola aturan pengembangan migas.

Para investor yang berminat mengembangkan gas metana batu bara telah meminta bagi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan gas alam yang dihasilkan oleh reservoir.

Menurut Priyono, pemerintah akan memberikan porsi bagi hasil yang lebih baik. "Kalau wilayah kerja gas, bagi hasilnya 70 persen bagian pemerintah dan 30 persen perusahaan. Pengusaha minta porsi bagi hasil yang lebih baik dengan alasan gas metana batu bara merupakan energi alternatif," ujar Priyono.

Perusahaan yang berminat mengembangkan gas metana batu bara antara lain PT Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, dan Shell Indonesia.

Seperti halnya di Australia, masa produksi gas metana batu bara bisa mencapai 1-2 tahun. Potensi gas ini di Indonesia mencapai 453,3 triliun kaki kubik (TCF).

Wilayah yang mempunyai prospek tinggi adalah Sumsel 183 TCF, Barito 101,6 TCF, Kutai 80,4 TCF, dan Sumatera bagian tengah 52,5 TCF.

sumber: