Pemerintah Bangun "Smelter" Baru agar Dapat Mengontrol Harga Timah
Pemerintah Bangun "Smelter" Baru agar Dapat Mengontrol Harga Timah
Demikian diutarakan Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral Simon Sembiring, Senin (30/5) di Jakarta. Saat ini, smelter yang ada hanya berkapasitas 98.000 ton sehingga sebagian produksi
Simon mengatakan, jika
Tetapi, yang lebih penting menurut Simon, semua penambangan ilegal akan lebih mudah ditertibkan karena akan masuk ke smelter yang akan dibangun. Selain itu, penerimaan negara dari ekspor timah akan terkendali karena akan tercatat di smelter yang resmi.
Menyinggung pendanaan dari smelter yang akan dibangun, Simon mengatakan, infrastruktur itu akan dibangun oleh produsen timah PT Timah, PT Kobatin, dan pihak Pemda Provinsi Bangka Belitung. Ketiganya bisa membentuk perusahaan baru (newco) yang menjadi investor.
Tidak ada merek
Simon menjelaskan, saat ini banyak hasil tambang timah, terutama dari tambang inkonvensional, tidak memiliki merek sehingga tidak bisa dijual. Akibatnya, hasil tambang berupa pasir timah dikirim ke Jawa lalu diekspor ke
Pengolahan yang dilakukan di luar negeri menyebabkan tidak ada nilai tambah bagi
Pembangunan smelter baru adalah bagian dari penertiban tambang inkonvensional. Rencana itu sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Provinsi Bangka Belitung tanggal
Divestasi Freeport
Menyinggung rencana divestasi saham PT Freeport Indonesia, Simon mengutarakan, Gubernur Papua sudah melayangkan surat kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan menyatakan minat membeli saham yang akan didivestasi. Sementara PT Antam yang juga berminat belum menyampaikan keinginan itu ke Departemen ESDM.
Menurut Simon, sesuai kontrak, yang punya kuasa pertambangan dengan