Pemanfaatan Mercuri dalam Tambang

Saat ini sedang ramai dibicarakan mengenai kasus Teluk Buyat, yang disebut-sebut banyak mengandung Mercuri dan telah menilmbulkan korban seperti kasus Minamata di Jepang, benarkah? Sebenarnya apa itu mercuri dan selama ini bagaimana proses pemanfaatannya.

Merkuri merupakan logam cair yang bersifat racun yang dapat menyebabkan penyakit
serius dan kematian.Polusi merkuri merupakan masalah yang serius di seluruh dunia dan di Indonesia. Namun demikian, merkuri sering dikaitkan dengan penambangan emas tradisional. Di sisi lain Perusahaan Tambang resmi selalu memantau merkuri di dalam buangan-buangannya untuk memastikan bahwa kandungan dalam air buangan dan biota dalam air aman dan sesuai dengan standar Indonesia dan Internasional. Hal ini dilakukan melalui pemeriksaana internal perusahaan dan petugas pengawas dari pemerintah. Apabila terjadi pelanggaran terhadap ambang batas yang telah disepakati dalam AMDAL, maka perusahaan tersebut dapat dikenakan sangsi.

Merkuri sama sekali tidak digunakan oleh Perusahaan-perusahaan Tambang besar  untuk mengambil emas dari bijihnya. Tetapi operasi tambang tersebut memang menghasilkan sejumlah merkuri sebagai produk sampingan, yang terambil dari material / bijih yang diolah ( secara alamiah ada dalam batuan )

Sifat-sifat Merkuri

Merkuri adalah unsur yang timbul secara alamiah, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada kondisi-kondisi pemaparan tertentu. Keracunan merkuri ditandai dengan kerusakan permanen otak, sistem saraf pusat, paru-paru, usus dan ginjal, yang dapat menyebabkan kematian. Merkuri timbul secara alamiah di areal Tambang dan berkaitan dengan kegiatan vulkanis yang menghasilkan cebakan bijih Tambang.

Merkuri dalam Pengolahan Emas Tradisional

Merkuri telah lama digunakan dalam pemerolehan emas bebas oleh para penambang tradisional karena ini adalah cara yang paling sederhana dan paling murah. Para penambang menggunakan merkuri untuk membantu memisahkan emas dari material lain. Nantinya, merkuri tersebut bisa dipanaskan menjadi uap merkuri agar yang tertinggal hanya emas saja. Oleh karena itu, merkuri memasuki lingkungan sebagai uap, atau melalui tumpahan atau bagian yang hilang selama proses pemerolehan emas. Uap merkuri dapat disebarkan oleh angin hingga jarak yang jauh. Kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai bahaya terpaparnya merkuri telah menyebabkan para penambang tradisional menggunakan merkuri secara tidak tepat. Para penambang telah terpapar merkuri melalui kontak dengan kulit, pernapasan dan pencernaan. Akibatnya, polusi merkuri oleh para penambang tradisional merupakan masalah lingkungan yang serius di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sulawesi (Diambil dari diskusi pada Milis Migas Indonesia, khususnya Sdr Sugiarto-Kem)

sumber: