Pemanfaatan briket sejuta tungku diduga tak tercapai

Pemanfaatan briket sejuta tungku diduga tak tercapai

Bisnis, 23 November 2005

 

GRESIK: Target pemanfaatan briket batu bara mulai 2006 dengan program pengadaan sejuta tungku briket batu bara diduga tidak tercapai, menyusul terbatasnya kapasitas produksi bahan bakar alternatif itu.

Sementara, sentra usaha kecil dan menengah (UKM) produsen briket yang akan dikembangkan untuk menambah produksi hingga kini belum siap.

Mennegkop dan UKM, Suryadharma Ali mengungkapkan pengadaan sejuta tungku briket harus disertai dengan peningkatan volume produksi hingga 2.000 ton per hari atau sekitar 700.000 ton per tahun.

"Ada sedikit keraguan untuk merealisasikan target 2006. Pengadaan sejuta tungku itu harus simultan dengan produksi briketnya. Sekarang ini volumenya baru 27.000 ton per tahun," ujarnya di sela-sela kunjungannya ke unit pengusahaan briket PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) di Gresik, kemarin.

Dengan kapasitas produksi tersebut, pasokan briket hanya akan mencukupi untuk kebutuhan sekitar 14 hari saja. Sementara PTBA sendiri, ungkap Suryadharma Ali, belum akan mampu memenuhi kebutuhan itu dalam waktu dekat.

Untuk menambah kapasitas sendiri, menteri mengatakan PTBA perlu menjalin kerja sama dengan sektor usaha kecil untuk mengoptimalkan peningkatan kapasitas produksi bahan bakar pengganti minyak tanah tersebut.

Selain itu, dia juga meminta PTBA untuk memberi pelatihan teknis pemrosesan batu bara menjadi briket agar produksi UKM tersebut dapat memenuhi baku mutu yang disyaratkan.

"Perlu ada perluasan. PTBA harus berkomitmen dengan UKM dengan memberikan kesempatan untuk membuat atau mencetak briket. PTBA juga harus memberikan training untuk UKM yang punya minat mengembangkan usaha ini," ujarnya.

Belum siap

Menanggapi kesiapan pengembangan sentra-sentra UKM penghasil briket, Menteri mengakui hingga kini masih menunggu sertifikasi pembuatan tungku dan briket yang masih dikaji oleh BPPT.

Apalagi, kata dia, pembangunan pabrik briket skala kecil dan menengah pun membutuhkan waktu sekitar enam bulan.

"Ya, memang sudah ada banyak yang mau. Tetapi belum siap dalam waktu dekat. Kami juga masih menunggu sertifikasi BPPT," katanya.

Menurut dia, sejumlah daerah telah disiapkan sebagai lokasi pengembangan briket batu bara, antara lain Sumsel, Jatim, Jateng, Jabar dan Banten. Dengan pemetaan itu, diharapkan sentra UKM penghasil briket batu bara dapat diperluas.

PTBA sendiri saat ini diketahui telah mengupayakan kemitraan dengan UKM, terutama yang berada di sekitar kawasan pabrik briketnya.

Kerja sama itu dilakukan dengan pola suplai bahan baku setengah jadi sehingga usaha kecil dapat mengerjakan proses cetak dan distribusinya.

Di Gresik, selain melayani enam industri besar seperti PT Royal Fisheries, PT British American Tobacco (BAT), dan PT Phillips Moris Indonesia, PTBA juga melayani 47 penyalur berupa koperasi-koperasi unit desa setempat.

Dari sejumlah penyalur tersebut, pemasaran untuk industri maupun rumah tangga kecil dapat dilayani.

Terkait jaminan suplai bahan baku briket, Suryadharma Ali menegaskan pihaknya masih akan berkoordinasi dengan menteri-menteri teknis terkait, melibatkan Menneg BUMN Sugiharto dan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

sumber: