Pemanfaatan batubara mutu rendah/lignit.
Cadangan batubara Indonesia sebagian besar adalah dari kualitas rendah/lingit (sekitar 60%) yang umumnya terdapat di Sumatera. Meskipun kualitasnya dari segi lingkungan lebih dapat diterima dibandingkan batubara asal negara lain, sampai sekarang sumber daya ini belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga negara belum memperoleh manfaat atas keberadaannya. Untuk itu perlu adanya upaya memanfaatkan batubara mutu rendah ini secara optimal pada skala yang berarti mengingat; (i) pasokan batubara jangka panjang untuk kebutuhan domestik mungkin tidak dapat terpenuhi, bila hanya mengandalkan batubara kualitas ekspor; (ii) perlu adanya jaminan terpenuhinya tingkat ekspor batubara dengan kualitas yang lebih baik dengan nilai yang lebih tinggi untuk jangka panjang, dan; (iii) keuntungan tambahan bagi negara melalui penambangan sumber daya nasional yang saat ini tersimpan (lapangan kerja, aktivitas ekonomi di sekitar daerah tambang, pendapatan fiskal, dan lain-lain). Berdasarkan karakteristik batubara jenis ini yang berdampak pada biaya pengangkutannya, ada dua pilihan rencana pengembangan dan pemanfaatannya, yakni:
sumber:a. Membangun PLTU mulut tambang yang terpadu dengan program industrialisasi atau interkoneksi jaringan transmisi listrik. Pembangunan sistem jaringan transmisi antar pulau (Sumatera-Jawa) merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan dengan adanya kemajuan teknologi boiler untuk batubara mutu rendah. Pembangunan PLTU ini dapat pula dikaitkan dengan pertumbuhan pusat-pusat industri yang berdekatan dengan lokasi PLTU mulut tambang.
b. Peningkatan nilai tambah (upgrading) batubara mutu rendah. Peningkatan nilai kalori atau pengurangan kandungan air, belerang, abu atau kombinasi dari komponen-komponen tersebut dapat dilakukan melalui proses pem-briket-an, pencairan (liquefaction), Coal Water Mixture (CWM), Coal Oil Mixture (COM), atau proses gasifikasi. Beberapa penelitian proses teknologi peningkatan nilai tambah telah dijajaki dan akan terus dilakukan, sehingga suatu saat dapat secara ekonomis diimplementasikan, termasuk penggunaan PCI (pulverised coal injection) dalam proses pembuatan besi baja.