Peluang Pengembangan Briket Batubara

Program penghapusan subsidi BBM, khususnya subsidi minyak tanah, merupakan peluang untuk mengembangkan pemakaian briket batubara. Briket batubara adalah alternatif yang paling memungkinkan untuk menggantikan pemakaian minyak tanah bagi masyarakat menengah ke bawah.

Konsumsi BBM terutama minyak tanah yang disubsidi terus meningkat sehingga jumlah subsidi yang diberikan Pemerintah tersebut makin membesar yang dapat berakibat tidak efektifnya penggunaan APBN.

Di pihak lain briket batubara yang mempunyai potensi untuk dipergunakan sebagai subsititusi terhadap minyak tanah ternyata sulit berkembang dan kini produksinya baru mencapai sekitar 20.000 ton per tahun.

Belum berkembangnya briket sebagai pengganti minyak tanah disebabkan karena briket secara ekonomi kalah bersaing dengan minyak tanah.

a.       Harga Minyak tanah yang masih murah karena masih di subsidi. Harga minyak tanah di “end userâ€? sekitar Rp 1.000,- per liter. Harga pokok dari Pemerintah Rp 700,- per liter.

b.      Harga briket dirasakan masih mahal yaitu dipasaran mencapai Rp 700,- per kg (non carbonized briquette). Harga pokok di pabrik sekitar Rp 500,- per kg.

c.       Dalam penggunaanya, 1 kg briket secara umum equivalent dengan ½ liter minyak tanah. Kalau dasar ini yang digunakan maka mestinya harga pokok briket sekitar ½ x Rp 700  = Rp  350,- per kg.

d.      Disamping itu, dibandingkan dengan minyak tanah, briket mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak mudah disulut pada tingkat awal, sulit mengatur suhu, kadang-kadang agak berasap/agak berbau apabila salah dalam cara pembakarannya dan sebagainya.

Apabila harga minyak tanah tidak disubsidi (pada saat ini harga minyak tanah tanpa subsidi adalah lebih dari Rp. 2000/liter), maka orang akan beralih ke energi selain minyak tanah. Di sektor rumah tangga, beberapa pilihan yang mungkin adalah: listrik, LPG, gas bumi, briket batubara, arang kayu, kayu bakar, dan energi terbarukan lainnya. Untuk masyarakat kelas menengah ke atas, mereka mempunyai pilihan yang banyak. Sementara untuk kalangan menengah ke bawah pilihannya barangkali tidak banyak. Apalagi untuk masyarakat miskin perkotaan, barangkali pilihan satu-satunya apabila harga minyak tanah tidak disubsidi adalah penggunaan briket batubara. Karena di kota tentunya akan sulit untuk memperoleh arang atau kayu bakar.

Beberapa keunggulan batubara dibanding energi lain, antara lain adalah sebagai berikut:

a.       lebih aman, dibandingkan minyak tanah yang dapat meledak

b.      lebih sehat, dibandingkan minyak tanah dan kayu bakar, karena emisi gas CO lebih   rendah

c.       tidak berisik, dibandingkan minyak tanah

d.      lebih efisien panasnya

e.      lebih mudah pengoperasiannya, tidak perlu dipantau seperti minyak tanah dan kayu bakar

f.         lebih baik pembakarannya

g.      lebih bersih dibandingkan kayu bakar

Seperti telah disebutkan di muka, pemakaian briket batubara untuk industri kecil, rumah makan, dan peternakan ayam relatif lebih berkembang dibanding pemakaian di sektor rumah tangga. Kenaikan harga minyak tanah serta LPG yang terjadi akhir-akhir ini merupakan momentum untuk mempromosikan pemakaian briket batubara di sektor usaha. Penyuluhan yang terus menerus dan penyediaan briket batubara secara kontinyu di pasar merupakan kunci untuk meningkatkan pemakaian briket batubara, baik di sektor rumah tangga maupun di sektor usaha.

 

 

 

Banyak yanbg mengatakan bahwa pengembangan briket batubara memang layak secara ekonomi. Namun demikian pertanyaannya adalah: mengapa dalam kenyataannya briket belum berkembang seperti yang diharapkan, baik dari sisi konsumsi maupun produksi. Mengapa minat masyarakat baik untuk menjadi pengusaha ataupun pengguna masih terus saja rendah? Sehingga perkiraan produksi briket batubara tidak pernah tercapai?

Jawaban pertanyaan di atas adalah bahwasanya dalam pengembangan briket batubara ternyata factor non-ekonomi lebih dominan. Faktor non-ekonomi tersebut meliputi: kebijakan, program, kelembagaan, pendanaan, infrastuktur, dan litbang.

Dari sisi kebijakan pemerintah, belum nampak suatu kebijakan yang terpadu dan komprehensif yang dapat menjadi payung pengembangan briket batubara. Bahwasanya pada tahun 1993 pernah dikeluarkan Inpres tentang pengembangan briket batubara, namun situasi saat ini sudah berubah, diperlukan suatu formulasi kebijakan baru yang dapat mendukung arah pengembangan briket di masa mendatang. Kebijakan ini memang harus berawal dari inisiatif dan komitmen pemerintah sendiri dengan masukan dari berbagai stakeholder pengembangan briket yang ada.

Dari sisi litbang, masih diperlukan upaya yang keras dan terus-menerus agar dapat dihasilkan kualitas briket yang semakin baik dan dapat diterima oleh masyarakat. Hal yang juga sangat penting adalah perlunya suatu penegasan kembali mengenai peran pemerintah dalam pengembangan briket batubara, penegasan dan komitmen tersebut mencakup berbagai hal, seperti:

a.      kebijakan pengalokasian subsidi BBM  untuk energi alternatif

b.      penetapan briket batubara sebagai prioritas energi pendamping atau alternatif, dengan sasaran utama adalah industri kecil dan rumah tangga;

c.      pencanangan program konservasi hutan (pelarangan penebangan hutan untuk keperluan bahan akar);

d.      pemberdayaan masyarakat melalui program terpadu pengembangan briket batubara; dll.

sumber: