Pasokan batubara ke PLTU Suralaya bakal terganggu

Tampaknya pasokan batubara ke PLTU Suralaya sebanyak 301.000 ton bakal terganggu selama dua minggu. Hal itu disebabkan anjloknya tujuh dari 43 gerbong kereta api batubara rangkaian panjang (KA babaranjang) bermuatan 2.150 ton batubara di Jembatan Tanjungkemala Sumatera Selatan, Rabu (17/12).

Hingga Kamis (18/12), petugas Divisi Regional PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Sumatera Selatan sedang berusaha mengangkut tujuh gerbong yang anjlok keluar rel dan masih tertahan di atas jembatan. Sementara tim dari Departemen Perhubungan yang tiba di lokasi, masih menyelidiki sebab musabab peristiwa itu.

Kahumas PT KAI Patria Supriyoso kepada harian Suara Pembaruan Kamis (18/12) lintas angkutan batubara di sana baru pulih sekitar dua minggu kedepan. Tentu saja setelah ada perbaikan jembatan, rel dan bantalan. Pasti pasokan batubara dari Tanjung Enim ke Tarahan bakal terhambat.

Batubara dari PT Tambang Batubara Bukit Asam (PT BA) itu adalah untuk pasokan untuk PLTU Suralaya (Jawa Barat) yang menyuplai listrik di Pulau Jawa.

Patria menjelaskan, tiap harinya untuk lintas Tanjung Enim-Tarahan beroperasi sepuluh set KA babaranjang. Tiap set terdiri dari 43 gerbong dengan kapasitas 50 ton batubara/gerbong.

Sementara itu Direktur Teknik PT Indonesia Power (IP), Bambang Istiedi mengatakan, kerusakan jalur Tarahan tidak mengganggu operasi pembangkit Suralaya.

Pasalnya pembangkit listrik terbesar di Jawa Barat ini masih mendapat pasokan dari Kalimantan Timur dan dari PT Bukit Asam, yang dikirim melalui jalur Kertapati. Selain itu, Suralaya saat ini masih memiliki cadangan batubara sebesar 700.000 ton.

Bambang memerinci, pasokan batubara dari Kalimantan Timur saat ini mencapai 40-50 persen kebutuhan Suralaya. Sementara itu kebutuhan listrik di Jawa pada akhir tahun ini mulai menurun, sehingga pemakaian batubara bisa dihemat.

Dalam kondisi normal, kebutuhan batubara Surayala mencapai 30.000 ton per hari. Tetapi menjelang tahun baru seperti ini, biasanya diturunkan kapasitas produksi, sehingga kebutuhan batubara hanya 22 ribu sampai 25 ribu ton per hari.

Bambang melihat, cadangan batubara Suralaya tidak akan terganggu. "Dalam kondisi terjelek, kami juga bisa menggunakan BBM yang juga kami cadangkan. Tetapi ini adalah pilihan terakhir, mengingat biaya yang harus kami keluarkan bisa membengkak," katanya.*

sumber: