Para Korban di Gunungsitoli Meminta Pemutihan

Rabu, 16 November 2005

Para Korban di Gunungsitoli Meminta Pemutihan

Medan, Kompas - Para pedagang dan pengusaha korban gempa di Gunungsitoli, Nias, meminta pemerintah memutihkan kredit yang mereka peroleh dari bank sebelum bencana terjadi. Hingga kini bank tetap menagih tunggakan kredit mereka, padahal tempat usaha dan barang dagangan mereka hancur.

Saya terpaksa berutang pada saudara-saudara dan menjual perhiasan yang tersisa untuk melunasi kredit almarhum suami. Sekarang saya kesulitan memulai kembali berdagang kain, padahal anak-anak masih kecil, kata Kasenia Lauli (22), istri Somanu Waruwu, saat dihubungi Kompas lewat telepon seluler di Gunungsitoli, Selasa (15/11) sore.

Menurut Kasenia, mereka mengambil kredit Rp 20 juta dari Bank Sumut. Rencananya, mereka membangun asrama dan sisanya untuk berdagang kain.

Saat gempa berkekuatan 8,7 skala Richter terjadi pada 28 Maret 2005, Somanu tewas. Sejak itu, Kasenia harus menutup kredit yang masih tersisa sebesar Rp 15 juta kepada bank.

Kini, dengan modal yang tersisa, dia berusaha berdagang kain dari tenda ke tenda. Tetapi tetap saja hasilnya pas-pasan, ujarnya.

Kesulitan mendapatkan dana terjadi karena perbankan juga menolak menyalurkan kredit baru bagi mereka sebelum kredit lama dilunasi. Bahkan, bank tidak mengizinkan debitur menarik tabungannya.

Berdasarkan data Lembaga Studi dan Advokasi Kebijakan (Elsaka), ada 81 debitur bank di Gunungsitoli dengan jumlah kredit Rp 15.826.850.742. Sedikitnya 12 debitur meninggal, dan sisanya masih menunggak angsuran antara Rp 7 juta-Rp 2,5 miliar.

Saat Kompas menghubungi lima di antara puluhan debitur bank di Gunungsitoli, hanya Kasenia yang bersedia dikonfirmasi. Selebihnya menolak berbicara atau malah buru-buru mematikan teleponnya.

Mereka kini bergabung dalam Persatuan Nasabah Bank Korban Gempa Nias untuk bersama-sama berjuang mendapatkan pemutihan kredit dari Bank Indonesia.

Direktur Eksekutif Elsaka Efendi Panjaitan mengatakan, kondisi tersebut bertolak belakang dengan keinginan pemerintah untuk secepatnya memulihkan perekonomian korban gempa. Sebab, bank belum pernah menyalurkan kredit modal baru pada korban gempa sehingga mereka kesulitan berusaha kembali.

Itu yang menyebabkan kenapa pemulihan korban gempa di Nias lamban. Pemerintah tidak pernah memberi stimulus ekonomi, ujar Efendi. (ham)

sumber: