Pada 2010, Kebutuhan Briket Mencapai 80 Juta Ton

Pada 2010, Kebutuhan Briket Mencapai 80 Juta Ton

Suara Karya, 1 Desember 2005

 

BANDUNG (Suara Karya); Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Suryadharma Ali meminta masyarakat agar tidak hanya melihat sisi negatif dari kenaikan BBM. Selain dapat mengerem krisis energi minyak, kenaikan BBM sekarang ini juga memunculkan peluang baru bagi dunia usaha, terutama dengan dicanangkannya penggunaan energi alernatif briket batu bara oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 25 Oktober lalu.

Hal itu dikatakan Suryadharma dalam sambutannya pada acara temu solusi, temu bisnis dan pameran pemanfaatan briket batu bara bagi Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) di Bandung, Rabu (30/11). Acara yang dimaksudkan untuk mensosialisasikan penggunaan briket batu bara sebagai alternatif energi pengganti BBM itu diikuti 200 peserta dari seluruh Indonesia, yang terdiri atas pengurus koperasi dan pengusaha kecil menengah, para pakar dari sejumlah perguruan tinggi maupun ahli-ahli di bidang sumber daya dan lingkungan.

Sebagai gambaran, Suryadharma yang diwakili Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian KUKM Hasan Johari menjelaskan, sekarang ini kebutuhan energi briket batu bara lebih kurang 40 juta ton/tahun. Kebutuhan ini akan terus meningkat terutama setelah adanya pencanangan alternatif energi seiring dengan kenaikan harga BBM, sehingga pada 2010 kebutuhan briket batu bara diperkirakan akan mencapai 80 juta ton/tahun.

Sementara sekarang ini produksi briket batu bara masih sangat terbatas. Produksi dalam skala besar hanya dilakukan oleh PT Bukit Asam yakni sekitar 115.000 ton/tahun dan briket bio di Cirebon 10.000 ton/tahun. Sedangkan pabrik-pabrik kecil yang dikelola koperasi dan perorangan baru mampu memroduksi sekitar 130.000 ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan sekarang ini saja masih jauh dari mencukupi, apalagi setelah adanya program pemerintah untuk memasyarakatkan energi alternatif briket batu bara untuk industri kecil dan rumah tangga.

"Jadi ini benar-benar sebuah peluang sekaligus tantangan bagi koperasi dan saha kecil menengah," katanya.

Peluang tersebut, menurut Menteri Koperasi, yakni KUKM dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk ikut berkiprah dalam industri bahan bakar alternatif. Kegiatan usaha bisa dimulai dari penyediaan bahan baku dengan membuka usaha penambangan, pemrosesan, pabrikasi yang menghasilkan bahan siap pakai seperti briket, memroduksi peralatan pembakaran seperti tungku/kompor batu bara hingga kegiatan distribusi bahan bakar alternatif sampai ke konsumen.

Karena peningkatan produksi batu bara pasca kenaikan BBM merupakan hal yang sangat perlu dan mendesak, maka ini merupakan kesempatan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja oleh KUKM.

sumber: