Musi Banyuasin Mulai Produksi Batu Bara Bersih
Musi Banyuasin Mulai Produksi Batu Bara Bersih
Suara Karya, 5 Desember 2005
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), tampaknya tidak tergolong pemda yang terpukau oleh kekayaan alam, tanpa mengolah dan menambah nilai kemanfaatannya. Limpahan kandungan batu bara sekitar 3,5 miliar ton, tidak membuat Pemda setempat hanya bisa menggali dan menjual. Pemda Muba, bekerja sama dengan JSPC Uzbekcoal, sebuah perusahaan batu bara dari
"Nota kesepakatannya sudah kami tanda tangani bulan lalu," kata Bupati Muba Alex Noerdin dalam sebuah percakapan telepon dengan Suara Karya, kemarin. Menurut Alex, nota kesepakatan yang akan memperkokoh posisi Muba sebagai basis lumbung energi di Sumsel tersebut, ditandatangani Dirut PT Petro Muba, Robert Heri dengan pihak JSPC Uzbekcoal, disaksikan Chief Specialist of Technical Department JSPC, Kyaro Valerey Albertovic.
Alex sendiri mengajukan alasan mengapa Pemda Muba tertarik menggandeng JSPC guna bekerja sama mengolah batu bara di wilayahnya. Menurut Alex, Pemkab Muba sadar, batubara merupakan kekayaan alam yang tidak terbarui. Dan, sebagaimana sifatnya itu, betapa pun berlimpahnya batu bara, suatu saat tentu akan habis digali. "Kami sadar, menggalinya begitu saja hanya menunjukkan tiadanya kreativitas. Makanya, kami harus mengolahnya menjadi barang ekonomi yang lebih bernilai tinggi," kata Alex.
Salah satu alternatif yang paling menarik pihaknya adalah dengan mengolahnya menjadi gas dengan teknologi underground coal gasification (UCG). Gas-gas yang dihasilkan itulah yang akan dijual dengan nilai tambah yang tinggi. Mengapa Uzbekcoal? "Mereka punya pengalaman tidak kurang dari 45 tahun dalam soal ini," kata Alex.
Selain menambah nilai jual batu bara, menurut Alex, ide melakukan pengolahan juga terkait dengan kondisi pengangkutan batu bara dari Muara Enim ke PLTU Suryalaya, yang dilihatnya berisiko tinggi. Sehari paling tidak ada 50 gerbong sepuluh kali bolak-balik melewati trek tunggal. "Bayangkan, kalau terjadi kesalahan, risikonya Jawa dan
Dalam kontrak kerjasa sama tersebut, menurut Alex, Pemkab Muba memberikan kemudahan untuk berinvestasi. Kemudahan yang diberikan meliputi pemangkasan birokrasi, data yang akurat, dan kondisi sosial masyarakat yang mendukung. Di pihak lain, JSPC Uzbekcoal akan berperan lebih banyak dalam persoalan teknis pemrosesan.
Alex sendiri yakin, cara yang dilakukan pihaknya merupakan cara yang tepat. Apalagi pemerintah pusat sendiri saat ini tengah galak-galaknya mendorong program nasional pemakaian energi alternatif selain migas. "Kami yakin, dengan cara ini batu bara akan menjadi sumber energi alternatif di masa mendatang," kata Alex dengan tegas.
Sementara itu Albertovic mengatakan, penerapan teknologi UCG tersebut akan memberikan manfaat tinggi dari segi ekonomi, konservasi lingkungan, penciptaan lapangan kerja dan kesejahteraan secara umum.
Teknologi UCG sendiri pertama kali diperkenalkan pada 1933 di Uni Soviet, dan mulai dipergunakan secara komersial pada 1954. Teknologi UCG merupakan teknologi pemanfaatan batu bara dengan mengonversikannya secara in-situ (di tempat) menjadi bahan bakar gas serta gas-gas lain yang berguna dalam proses industri kimia lainnya.
Prosesnya sendiri dilakukan dengan menginjeksi uap dan oksigen ke dalam lapisan batu bara di dalam tanah. Pada lapisan batu bara bawah tanah itulah nanti terjadi proses pengubahan batu bara menjadi gas (gasification) dan proses kimia lainnya. Gas inilah yang disalurkan melalui pipa khusus ke permukaan tanah untuk diolah lebih lanjut. Dengan proses \'penambangan\' yang tertutup seperti itu, wajar jika teknologi UCG ramah lingkungan. sumber: