Menkeu: Perekonomian Indonesia Sudah Bangkit Lagi

Jakarta, Kompas - Menteri Keuangan Boediono menegaskan, perekonomian Indonesia saat ini sudah mulai bangkit kembali setelah krisis. Namun, kalau dikatakan mengalami kemunduran, hal itu karena masih merupakan dampak dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada masa lalu.

Demikian diutarakan Boediono seusai Rapat Kerja dengan Panitia Anggaran DPR di Jakarta, Senin (30/8). Boediono mengatakan, dirinya berharap pihak lain juga optimistis dan percaya bahwa perekonomian Indonesia akan kuat kembali.

Pernyataan Boediono itu menanggapi pernyataan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah yang beberapa waktu lalu mengatakan perekonomian Indonesia mengalami kemunduran.

Dalam jawabannya kepada anggota DPR, Boediono mengatakan, stabilitas ekonomi makro yang relatif terjaga dalam beberapa tahun terakhir telah mulai memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kinerja investasi juga telah mengalami perbaikan yang cukup signifikan secara bertahap.

Boediono mengatakan, secara keseluruhan dalam semester I tahun 2004, investasi tumbuh 8,3 persen. Investasi mengalami peningkatan secara signifikan dibandingkan dengan laju pertumbuhan semester I tahun 2003 yang hanya 3,5 persen.

Meningkatnya investasi pada enam bulan pertama tahun 2004 tercermin dari meningkatnya impor bahan baku dan barang modal. Hal itu sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan baku dan barang modal meningkat masing-masing 29,4 persen dan 17,9 persen.

"Hal ini merupakan salah satu indikasi mulai membaiknya aktivitas ekonomi riil di dalam negeri. Perbaikan kinerja investasi ini diharapkan akan terus berlanjut dalam periode mendatang sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," ujar Boediono.

Dia juga mengatakan, secara umum pertumbuhan 5,4 persen yang menjadi sasaran pemerintah pada tahun 2005 merupakan perkiraan yang optimis dan realistis. Hal ini sesuai pada ekspektasi akan membaiknya berbagai faktor ekonomi dan non-ekonomi.

Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 2005 diperkirakan masih cukup kuat, yakni sebesar 4,4 persen. Sementara pertumbuhan volume perdagangan dunia juga relatif masih tinggi, yakni dengan perkiraan akan tumbuh sebesar 6,6 persen.

Ekspor lemah

Pada kesempatan itu, Boediono mengakui ekspor Indonesia memang belum cukup kuat. Dalam triwulan pertama tahun 2004, laju pertumbuhan ekspor masing-masing hanya mencapai 0,9 persen dan 3,1 persen. Secara keseluruhan dalam semester I tahun 2004 ekspor hanya tumbuh sebesar 2,0 persen, lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan semester I tahun 2003 yang mencapai 4,7 persen.

Lemahnya kinerja ekspor, menurut Boediono, terkait dengan permasalahan daya saing yang relatif lemah terhadap negara-negara pesaing. Selain itu juga adanya permasalahan struktural yang mengganggu sektor industri di Indonesia.

Menurut Boediono, untuk meningkatkan ekspor, antara lain, harus meningkatkan daya saing nasional dalam jangka pendek. Caranya, menghapus berbagai hambatan dan pungutan yang terkait dengan produksi dan perdagangan, serta reformasi pajak.

Selain itu, langkah meningkatkan ekspor adalah dengan memberantas penyelundupan melalui peningkatan koordinasi antar-instansi terkait. Melakukan diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor ke kawasan baru yang cepat tumbuh.

Stimulus

Boediono juga menjelaskan, alokasi anggaran untuk belanja modal dalam RAPBN 2005 yang direncanakan sebesar Rp 43 triliun memang belum cukup untuk mendorong investasi dan menyediakan infrastruktur yang memadai. Namun, dengan alokasi sebesar itu, diharapkan memberikan kontribusi bersama sektor swasta untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4 persen.

Secara bertahap diupayakan kenaikan anggaran belanja modal sesuai dengan kemampuan negara. Sementara kebijakan fiskal yang ada diharapkan menciptakan iklim yang kondusif bagi sektor swasta.

sumber: