Masih Menarikkah Saham Bumi Resources?

 

 

Suara Karya, 12 Mei 2004 - Mengapa kita tidak dapat menikmati level indeks 800 dalam waktu yang lebih lama? Apakah sedemikian tidak menarik bursa kita untuk investor jangka panjang? Dengan kejadian seperti ini kita menjadi mengerti bahwa level indeks kita sebenarnya berada di kisaran 700. Dengan kata lain pada saat indeks terbang setelah berada di level 720, dana yang masuk bukan investor pasar modal yang sebenarnya atau ada kepentingan lain di mana setelah kepentingan itu selesai dananya akan keluar.

Melihat kejadian di atas, agak sulit bagi kita sebagai praktisi pasar modal untuk merekomendasikan kepada investor supaya berinvestasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tapi mungkin masih ada peluang, di mana kondisi seperti ini biasa dimanfaatkan oleh para konsorsium untuk membeli saham tertentu di harga yang murah dan kembali harga sahamnya diangkat ke level tertentu.

Dari saham yang ada, saya memilih saham Bumi Resources (BUMI). Memang orang akan bertanya-tanya siapa yang berani masuk ke saham BUMI sekarang. Beberapa dealer mengatakan saham BUMI kabarnya akan ditekan oleh sejumlah pihak tertentu. Kondisi bursa yang kurang kondusif menjadi momen tetap untuk menekan hingga level di bawah 400.

Tapi kita akan sedikit menganalisa seberapa besar peluang kita terhadap saham tersebut. Namun yang patut kita garis bawahi adalah pertimbangan ini lebih mengarah ke pola bandar besar yang akan memanfatkan momentum seperti sekarang ini untuk menggoreng saham.

PT Bumi Modern Tbk (nama sebelumnya) didirikan pada tahun 1973. Perseroan merupakan perusahaan yang mengoperasikan hotel berbintang lima Hyatt Regency Surabaya di Surabaya, Jawa Timur. Pada tahun 1997, Perseroan memperluas usahanya dengan mengakuisisi Le-Meridien Hotel di Tashkent, Uzbekistan. Tahun 1998, Perseroan menandatangani MoU dengan AJB Bumiputera 1912 (AJB), untuk mentransfer kepemilikan Perseroan pada Hotel Hyatt Regency Surabaya, komplek perhotelan Graha Bumi Modern dan gedung perkantoran, sebagai pembayaran utang.

Kinerja sset perusahaan berupa hotel di Uzbekistan turun terus dalam dua-tiga tahun terakhir. Kondisi perekonomian daerah itu kurang bagus. Di sana terjadi konvertibilitas antara uang lokal dengan uang dolar. Tingkat inflasi yang cukup tinggi dan kondisi moneter yang tidak menentu menyebabkan sulitnya perseroan untuk mengoperasikan hotel dengan maksimal, sehingga pihak manajemen perusahaan mencari jalan keluar dengan mengubah core business ke bidang yang punya prospek dan relatif tak terpengaruh oleh guncangan ekonomi yaitu oil dan gas. Dengan pertimbangan tersebut 20 September 2000 perseroan berganti nama menjadi PT Bumi Resources Tbk.

Selanjutnya mari kita melihat corporate action yang dapat memberikan sentimen positif sehingga ada sedikit harapan bahwa saham ini memeliki peluang bisnis yang bagus kedepannya. Walaupun pertimbangan kita kali ini bukan karena fundamental perusahaan namun faktor tersebut tidak dapat kita kesampingkan dalam memilih saham.

Yang masih hangat adalah seputar divestasinya PT Kaltim Prima Coal (KPC) meminta perpanjangan waktu 1 bulan untuk penawaran sisa saham sebesar 32,4 persen dalam rangka proses divestasi karena masih melakukan evaluasi akhir atas penetapan harga 100 persen PT KPC. Apalagi harga batubara saat ini sangat tinggi. KPC tetap diberikan waktu sampai akhir Juni 2004 untuk segera menawarkan sisa saham sebesar 32,4 persen dalam rangka proses divestasi.

Di lain hal, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tahun ini berencana refinancing kewajiban perusahaan senilai 500-600 juta dolar AS melalui beberapa alternatif seperti menerbitkan obligasi, saham, dan mencari pinjaman bank. Refinancing dilakukan guna menurunkan beban perusahaan terutama terhadap bridging loan dan jenis utang lain yang memliki tingkat bunga tinggi. Refinancing tersebut akan menurunkan tingkat bunga pinjaman perusahaan dari saat ini menjadi di kisaran 11 persen.

Namun jumlah penerbitan obligasi menjadi 200 juga dolar AS karena pasar yang kurang mendukung. Hal tersebut akibat fluktuasi harga obligasi di Asia karena antisipasi kebijakan The Fed yang akan menaikkan suku bunga. KPC akan menunggu hingga pasar obligasi lebih stabil sebelum menetapkan harga. Perseroan menawarkan suku bunga mengambang selama 3 tahun yang dapat ditinjau kembali setelah 2 tahun. Selain itu, KPC juga menawarkan suku bunga tetap selama 5 tahun yang dapat ditinjau ulang setelah 3 tahun. Namun, rencana emisi obligasi tetap jalan terus sesuai dengan rencana. Saat ini memang merupakan timing yang kurang tepat untuk menawarkan obligasi sehingga keputusan untuk menunda penerbitan obligasi dinilai bijaksana hingga keadaan lebih menguntungkan.

Prespektif Fundamental

 

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat penjualan sebesar Rp 1,647 miliar (194 juta dolar AS) di 1Q04, naik 129 persen YoY didukung oleh kenaikan produksi batubara dari KPC yaitu Pinang, Prima, dan Melawan sebesar 135 persen menjadi 8 juta ton. Harga jual rata-rata FOB hanya sebesar 26,6 dolar AS per ton (VS harga spot sekitar 52 dolar AS per ton) karena masih terikat harga kontrak jangka panjang yang dibuat tahun 2003.

Laba kotor dan operasi perseroan naik 112 persen dan 206 persen karena tingginya penjualan dan turunnya cash cost production menjadi 16,7 dolar AS per ton (dari 17 dolar AS per ton) setelah konsolidasi dengan KPC.

EBITDA meningkat 227 persen menjadi Rp 1,647 miliar sementara laba bersih naik double menjadi Rp 86,5 miliar dengan EPS sebesar Rp 4,46 per saham. Produksi batubara BUMI akan meningkat secara progresif pada kuartal berikutnya sehingga target produksi managemen sebesar 43 juta ton diperkirakan dapat tercapai. Sementara itu, harga kontrak jangka panjang untuk 2Q04, 3Q04 dan 4Q04 rata-rata tertimbang adalah 33 dolar AS per ton.

Adapun kinerja tahunannya, penjualan BUMI tahun 2003 naik sebesar 53,5 persen YoY menjadi Rp 3,734 milar (435,7 juta dolar AS) dikontribusikan oleh konsolidasi pendapatan KPC di kuartal ke-4. Kenaikan penjualan didukung oleh naiknya penjualan batubara sebesar 77 persen menjadi 18,1 juta ton (dari 10,2 juta ton) di mana KPC mengkontribusikan 4,1 juta ton selama 4Q03. Laba operasi naik 9,4 persen menjadi Rp 468,9 miliar sementara laba bersih mencapai Rp107,6 miliar atau 18,1 persen lebih tinggi dari tahun lalu dan mentranslasikan EPS sebesar Rp 5,54 per saham.

Namun bagaimanakah penilain internaaional terhadap emiten. Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poors memberikan peringkat B+ untuk surat utang yang diterbitkan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC). S&P juga memberikan peringkat B+ untuk kredit korporasi KPC dengan outlook stabil.

Memang jika melibatkan KPC kedalam tubuh BUMI, maka pandangan international akan sangat penting karena bisnis mereka mempunyai jaringan internasional yang luas. Namun semuanya kembali kepada kita semua. Masih adakah peluang pada sahamnya untuk kembali naik ke level yang lebih menarik?

Saya melihat semua ini merupakan peluang bagi kita yang terlanjur pesimin dengan pasar saham sekarang ini. Saham BUMI mayoritas dipegang oleh sebuah konsorsium di mana dimungkinkan sahamnya dijaga dan diarahkan sesuai dengan keinginan mereka. Dengan membeli saham ini di bawah level 400 adalah cukup bijaksana. Keyakinan saya saham ini akan kembali dibawa mendekati level Rp 500.

sumber: