LONGSOR MENGUBUR PENAMBANG EMAS
LONGSOR MENGUBUR PENAMBANG EMAS
24 Jam Leher Tertembus Linggis
Senin, 22 Januari 2007 02:00 BanjarmasinPost
Rusdianur (40) semakin sadar, bekerja di penambangan emas penuh risiko. Betapa tidak? Ketika tanah galiannya longsor, duda ini terkubur. Apesnya, sebatang linggis menancap di bawah lehernya hingga menembus punggung. Ajaib! 24 Jam bergelut dengan maut, ia selamat.
Linggis yang menancap tubuh Nur, bukan sembarangan. Linggis yang banyak digunakan para penambang emas itu ukurannya cukup besar. Panjang 1 meter dengan berat 5 kg.
Besi runcing itu menancap di tubuh Nur selama 24 jam. Setelah bergelut dengan maut di perjalanan menuju rumah sakit, Nur tetap selamat. Hingga Minggu kemarin, ia mendapat perawatan di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan.
Peristiwa itu terjadi Jumat (19/1) lalu, di lokasi penambangan emas Pegunungan Manginding di Kelurahan Banir, Kecamatan Sungai Durian-- perbatasan antara Kaltim dan Kalsel. Nahas bermula ketika Nur menggali tanah sedalam 3 meter dan tiba-tiba tanah galian menguburnya akibat hujan lebat.
Menurut Budi, sesama penambang, sore itu ia dan rekan-rekannya bermaksud berhenti bekerja. Tapi Nur masih ingin melanjutkan penggalian tanah. Ia pun kembali turun.
Pada saat itulah tiba-tiba hujan turun dan air yang menggelontor, melongsorkan tanah yang menggunung di sekitar lokasi. Nur terjerembab dan menimpa ujung linggis.
"Posisi Nur waktu itu jongkok dan posisi ujung linggis berada di bagian dada. Tanah longsor itu langsung mengubur Nur," ujarnya yang juga diamini adik Nur, Ananta (16).
Melihat kejadian itu para penambang berusaha menolong. Setelah tanah yang mengubur Nur disemprot dengan pompa air terlihat linggis yang digunakan Nur sudah menancap di dekat leher. Korban segera dievakuasi.
Para penambang itu, kata Ananta, sempat keheranan. Dalam kondisi tertembus linggis, tenyata Nur masih kuat. Ia memegang linggis yang menancap di tubuhnya dan berjalan menuju base camp yang tidak jauh dari lokasi penambangan.
Ananta, menceritakan bahwa dari lokasi kejadian Jumat (19/1) pukul. 14.00 Wita, mereka harus mencari mobil tumpangan dengan berjalan kaki. Sekitar pukul 22.00 Wita, mereka baru mendapatkannya.
Pukul 04.00 Wita, Sabtu, rombongan tiba di Tanah Grogot. Sayangnya petugas medis RS Grorot menyatakan tidak sanggup mengatasi. Karena itulah Ananta dan Budi membawa Nur ke RSKD Balikpapan, dan baru tiba pukul 16.00 Wita.
Saat ditemui di rumah sakit, Nur tertunduk lesu di kursi roda sambil memegangi linggis bagian depan. Dokter jaga bergegas membawa Nur ke ruang rontgen. Operasi dilakukan sekitar pukul 18.00 Wita dengan melibatkan lima tenaga medis yang dipimpin dr Darwis SpB.
Dari hasil anlisis dokter bedah, linggis yang menembus di tubuh Rusdianur tidak sampai mengenai organ tubuh bagian dalam. "Untungnya linggis itu tidak mengenai paru-paru dan bagian organ vital lainnya, jadi kondisi tubuhnya tetap stabil," kata dr Darwis.
Setelah menganalisa hasil foto rontgen, tim bedah melakukan pembiusan. "Awalnya kita gunakan bius umum. Tapi setelah dibius kok linggisnya bisa ditarik pelan-pelan, akhirnya kita putuskan untuk langsung menariknya," kata Darwis usai operasi.
Nur membutuhkan waktu istirahat sekitar 3-4 hari untuk memulihkan kondisinya.
Rusdianur dan Ananta selama ini tidak memiliki tempat tinggal tetap. Hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sudah menjadi kebiasaa mereka. Di lokasi penambangan, keduanya tinggal bersama sekitar 700-an penambang lainnya. Pekerjaan itu sudah dilakoninya sekitar dua tahun.
Emas yang didapat dari hasil penambangannya cukup lumayan. Setiap minggu, para penambang itu mendapatkan sekitar 25-30 gram yang kemudian dijualnya kepada pembeli yang biasa disebut bos emas.
Untuk setiap gram, emas itu dijual seharga Rp 150.000 hingga Rp 160.000, tergantung harga emas di pasar. Namun hasil itu masih dibagi tujuh orang, temasuk yang memiliki pompa air. TK
sumber: