Longsor 1 Kilometer, Jalur Paniai-Nabire Putus Total
Selasa, 18 Oktober 2005 |
Longsor 1 Kilometer, Jalur Paniai-Nabire Putus Total Enarotali, Kompas - Longsor sepanjang 1 kilometer yang terjadi di Gunung Ogiyaidimi, Distrik Obano, Kabupaten Paniai, Papua, membuat arus lalu lintas kota Enarotali (Kabupaten Paniai)Nabire putus total. Padahal, ruas jalan sepanjang 270 kilometer yang baru berfungsi tahun 2004 itu merupakan urat nadi perekonomian masyarakat yang selama ini terisolasi di wilayah Pegunungan Tengah. Kepala suku Ogiyaidimi Iyoubi Bouma di Enarotali, Senin (17/10), mengatakan, bencana itu terjadi dua pekan lalu. Ketika itu terjadi hujan lebat selama tiga hari berturut-turut, mengakibatkan tanah di lereng Gunung Ogiyaidimi longsor ke ruas jalan. Longsoran itu mengakibatkan masyarakat Distrik Obano, Kebo, dan Yatamo tidak dapat ke Enarotali atau Nabire. Bahan material dari reruntuhan gunung terus jatuh ke ruas jalan sepanjang sekitar 1 km sehingga menyulitkan arus lalu lintas dan para pejalan kaki, kata Bouma. Jalur Enarotali-Nabire yang dibangun pemprov setempat tahun 1999 itu masih berupa jalan kerikil dan tanah sehingga mudah hancur ketika terjadi hujan deras. Meski demikian, jalur itu sudah memberi manfaat besar bagi masyarakat Kabupaten Paniai di wilayah pegunungan dan Kabupaten Nabire di kawasan pantai. Sebelum jalur itu difungsikan, biaya hidup di Paniai sampai 300 persen lebih tinggi dibanding harga kebutuhan hidup di Nabire. Misalnya, gula pasir Rp 30.000/ kg, beras Rp 20.000/kg, minyak goreng curah Rp 15.000/liter, dan garam 200 gram Rp 10.000/bungkus. Barang kebutuhan hidup masyarakat Paniai didatangkan dari Nabire, sebagai pusat distributor kebutuhan pokok bagi kabupaten Paniai dan Puncak Jaya. Ketika itu masyarakat, pedagang, pengusaha, dan Pemkab Paniai hanya mengandalkan transportasi udara dengan harga tiket per penumpang Rp 500.000 dan ongkos angkut barang Rp 25.000/kg. Tingginya biaya penerbangan ke Paniai membuat semua harga kebutuhan pokok di daerah itu pun naik. Setelah jalur Nabire-Paniai dibuka dengan dana otonomi khusus dan APBD sekitar Rp 300 miliar, kehidupan masyarakat Paniai sedikit terbantu. Harga barang kebutuhan pokok secara bertahap mulai turun. Setelah jalan dibuka, lalu lintas dari Paniai-Nabire atau sebaliknya mulai lancar, meski hanya dilewati kendaraan truk dan hardtop. Masyarakat Paniai dapat menjual hasil pertanian dan hasil hutan seperti rotan, sayuran, dan umbi-umbian ke Nabire. Ruas jalan Nabire-Paniai merupakan salah satu dari 11 ruas jalan strategis yang dicanangkan Gubernur Papua JP Solossa. Dari 11 ruas jalan tersebut, 70 persen sudah dapat difungsikan. (KOR) |