Limbah Batu Bara Bunuh Puluhan Ternak
Limbah Batu Bara Bunuh Puluhan Ternak
Sawah 22 Hektare Juga Rusak
Kaltimpost, 26 Februari 2006
SAMARINDA - Sungai Tempurung di Kelurahan Lempake diduga sudah tercemar asam belerang (H2S) milik sebuah perusahaan batu bara yang beropersai di lokasi itu. Warga RT 49 Desa Tanah Merah menduga akibat gas tersebut 17 sapi dan 52 babi ternak mereka setelah meminum air sungai yang tercemar itu.
Bobby Tennes salah seorang pemilik ternak mengatakan, kejadian bermula saat hujan deras 8 Desember 2005 silam yang menyebabkan Sungai Tempurung meluap dan akhirnya terminum ternak. Selang satu hari kemudian tepatnya tanggal 9 Desember 2005, 4 ekor sapi milik Bobby mati. Besoknya lagi 1 sapi mati, begitu seterusnya sampai 12 Januari 2006, total sapi yang mati sebanyak 17 ekor.
Gejala yang dialami sapi itupun sangat aneh yakni mulut berbusa dan kulit tubuh sapi itu berwarna biru. Setelah ia melakukan penelitian sendiri, ditemukan bahwa sapi milik Bobby keracunan gas belerang. Ia sudah menuntut ganti rugi Rp490 juta kepada perusahaan batu bara itu. Namun karena tidak ada itikad baik dari perusahaan itu, Bobby mengadukan masalah itu ke Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) Kaltim. Selain itu ia juga menyiapkan gugatan perdata Rp10 miliar kepada perusahaan itu.
Bobby juga mengadukan masalah itu ke
Dari hasil tes ilmiah yang dilakukan Bobby, diketahui bahwa asam belerang yang terkandung di sekitar kolam endapan (tempat menetralisirkan limbah sebelum di alirkan ke sungai) adalah sebanyak 1,2 Mg/liter dan 0,8 Mg/liter. Padahal, jumlah asam belerang yang dianjurkan pemerintah adalah sebanyak 0,002.
Hasil tes yang dilakukan Bobby juga sempat dibawa ke dosen Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman, Abdul Majid MSi. Hasilnya diketahui bahwa konsentrasi H2S yang terkandung di dalam sampel itu memang sangat tinggi dan mampu membunuh seekor sapi.
"Dia (Bobby, Red) memang pernah ke sini, tapi waktu itu hanya untuk memastikan sampel," kata Majid ketika dikonfirmasi Kaltim Post.
Ir Poulan, seorang warga yang mempunyai sawah seluas 22 hektare juga ikut terkena dampak dari H2S. "Anak saya malah gatal-gatal ketika mandi di sungai yang langsung dialiri kolam endapan milik perusahaan itu," kata Poulan.
Sementara seorang direksi perusahaan batu bara itu, Panot saat dikonfirmasi enggan berkomentar. Ia mengatakan ada yang lebih berwewenang menyampaikan hal itu selain dirinya.
sumber: