Lebihi Kapasitas, HP Presiden Hang

Lebihi Kapasitas, HP Presiden Hang

Bpost, 13 Juni 2005

Jakarta, BPost
Beginilah repotnya jika nomor handphone diberitahukan kepada semua orang. Apalagi jika yang melakukan itu seorang presiden. Dalam waktu hanya sehari, ribuan short message service (SMS) masuk ke dalam handphone tersebut. Tidak hanya itu, karena penasaran banyak pula yang mencoba langsung meneleponnya. Akibatnya jelas, selain kerepotan menerima pesan singkat, telepon genggam itu pun mengalami hang.

Hal ini dialami Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dalam temu wicara pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 2005 di Jatiluhur, Jawa Barat, Sabtu kemarin mempersilakan masyarakat untuk menyampaikan keluhan atau persoalan secara langsung kepada dirinya melalui SMS ke nomor 0811109949.

Sontak hal ini disambut antusiasme masyarakat. Namun hanya rasa kecewa yang diterimanya. Bukan karena SBY tidak merespon, tetapi handphone itu justru tidak bisa menerima kiriman SMS yang bejibun jumlahnya. Setiap orang yang mengirim SMS selalu tidak memperoleh report pengiriman. Yang terpampang justru kata failed (gagal). Bagi yang menelepon, selalu disambut nada tulalit.

Penjelasan pun disampaikan juru bicara presiden, Andi Malaranggeng. Mantan pengamat politik mengatakan tidak sampainya pesan masyarakat karena telepon genggam presiden hang akibat jumlah SMS yang masuk sudah melebibi kapasitas.

Bagaimana tanggapan SBY tentang hal ini? "Presiden ya tersenyum. Presiden tidak menyangka respons masyarakat luar biasa tinggi," ujar Andi sambil tertawa.

Lalu apa saja isi SMS itu? Isinya mulai yang simpel-simpel hingga laporan yang cukup berat. "Ada yang menyatakan dukungan terhadap pemberantasan KKN tapi ada pula yang kasih informasi situasi di daerahnya. Macam-macamlah," tuturnya.

Namun, lanjut Andi, SMS yang datang lebih banyak yang sekadar coba-coba seperti sekadar menanyakan kabar kesehatan SBY. "Mungkin karena masih baru," tukas pria berkumis lebat ini.

Menjawab pertanyaan tentang langkah yang harus dilakukan masyarakat agar SMS yang dikirimnya bisa masuk dan dibaca SBY, Andi mengimbau agar masyarakat memilah SMS yang akan dikirimnya.

"Info-info yang tidak relevan atau problema yang bisa diselesaikan oleh Pak Camat, Pak Lurah, RT/RW, atau pejabat daerah setempat, sebaiknya tidak usah disampaikan. Kirimlah SMS tentang kasus-kasus yang memerlukan intervensi presiden, yang tidak mampu diselesaikan di daerah itu," imbau Andi.

Jelas hal ini mengecewakan masyarakat yang telah berharap banyak dengan terbukanya SBY menerima keluhannya itu. Betapa tidak, banyak persoalan yang hendak mereka ungkapkan.

"SMS saya pada Presiden SBY tentang ucapan Wakil Presiden Jusuf Kalla agar pengangkatan pegawai honor menjadi PNS dapat direalisasikan. Lalu tentang pegawai honor dan Bidan PTT di Aceh yang gajinya belum dibayar selama 6 sampai 10 bulan. Dan terakhir masalah Dinkes Aceh Besar yang selalu memotong gaji bidan dengan bebagai alasan agar dapat diusut," ujar Hendry, warga Jakarta.

Demikian pula Lutfi H yang juga tinggal di ibukota negara itu. Dia meminta SBY tidak menjual sumber daya alam yang dimiliki bangsa ini ke luar negeri hanya untuk mengejar atau meningkatkan pemasukan negara. "Menjual atau ekspor mentah-mentah ini sama saja menjual tanah air! Dari mana anak-anak dan cucu-cucu kita akan hidup nantinya?" tulisnya.

Kekecewaan serupa dikatakan Koordinator Divisi Advokasi Urban Poor Consortium (UPC) MB Gamulya. Dia kecewa karena SMS-nya tidak terkirim. Padahal Gamulya hendak menyampaikan aspirasi penting yakni penolakan Perpres No 36/2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Karena itu, dalam aksi turun jalan menentang Perpres tersebut Senin (13/6) ini, Gamulya dan ratusan peserta aksi, akan menyambangi Istana Negara. "Kami akan memberi Presiden sebuah SIM Card baru agar ponselnya tidak tulalit," tukasnya.

Saran lain dilontarkan Gunawan yang tinggal di Bintaro Jakarta. Dia menyarakan SBY membuka e-mail pengaduan karena daya tampunya lebih besar.

Terlepas dari itu, nomor handphone yang dibuka untuk umum itu ternyata sudah digunakan SBY sejak dia menjadi perwira menengah. Nomor belakangnya disesuaikan dengan tanggal lahir presiden kelahiran Pacitan Jatim ini yakni 09 (tanggal lahir), 9 (bulan lahir, September) dan 49 (tahun kelahiran, 1949).

Dari penuturan sejumlah mantan anak buahnya, sebelum menjabat Menko Polkam di era Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), telepon itu langsung dipegangnya. Seiring dengan meningkatnya kesibukannya apalagi kini menjadi orang nomor satu di negeri ini, handphone itu dipegang oleh ajudannya.

sumber: