Laporan Hasil Penelitian National Institute for Minamata di Jepang
Suara Pembaruan, 8 Agustus 2004, Simpang siur soal penyakit yang diderita penduduk Desa Buyat, Pantai Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, terjawab sudah. Hasil pemeriksaan para ahli di National Institute for Minamata Disease di Jepang terhadap 15 sampel rambut warga desa setempat menunjukkan kadar total merkuri terendah 0,9 part per million (ppm) dan kadar tertinggi 5,6 ppm. Kadar itu masih jauh dari kadar total merkuri di dalam darah yang menimbulkan gejala awal penyakit minamata yaitu 200 mikrogram/liter.
Hal tersebut diutarakan secara terpisah oleh Dr dr Rachmadhi Purwana SKM dan Prof dr Haryoto Kusnoputranto SKM Dr PH dari dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI), Jumat (6/8) di Jakarta. Sebelumnya peryataan Menteri Kesehatan dr Achmad Sujudi yang menyatakan penyakit warga Desa Buyat Pantai bukan minamata dianggap tidak benar oleh pihak-pihak tertentu.
Pernyataan itu didasarkan pada pemeriksaan fisik warga Desa Buyat Pantai, yang dilakukan sejumlah dokter dari berbagai disiplin, seperti ahli saraf, penyakit kulit, penyakit dalam, penyakit mata, dan spesialis anak. Kemudian, dari tim yang diterjunkan Departemen Kesehatan ke lokasi untuk mengetahui 10 jenis penyakit terbanyak yang diderita warga setempat dan tidak menemukan gejala penyakit minamata di tengah masyarakat Desa Buyat Pantai. Data-data itu dikumpulkan dari puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas setempat.
Data Tim Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) pada 3/8/2004 menyebutkan, jenis penyakit yang diderita warga setempat antara lain infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tumor jinak kulit, traumatic cyst, lipoma, ateroma, gizi buruk, gizi sedang, dermatitis, tiroid nodul, fibroma, mata lelah, neuropati, suspek cacing, tension headache, dan berbagai penyakit lainnya.
Hasil pemeriksaan kesehatan itu kemudian diperkuat dengan hasil pemeriksaan sampel rambut di National Institute for Minamata Disease. Dalam penjelasannya, Haryoto menuturkan, tidak ada batas normal dan tidak normal merkuri di dalam darah seseorang. Artinya kadar merkuri di dalam darah bervariasi dari satu orang ke orang lain. Hal ini antara lain tergantung dari jenis makanan, lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan pekerjaan.
Studi yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang merkuri merupakan studi global populasi secara umum tanpa mempertimbangkan asupan makanan. Kadar tertinggi total merkuri adalah 83 mikrogram/liter, sedangkan kadar rata-rata 8 mikrogram/liter. Secara teori, ujar Haryoto, masyarakat yang tinggal di sekitar pantai memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi. Pasalnya, sumber utama protein adalah ikan. Semakin banyak mengonsumsi ikan maka semakin tinggi kadar merkuri pada tubuh seseorang. Sekalipun demikian, tidak berarti orang yang tinggal di perkotaan memiliki kadar merkuri lebih rendah. Hal ini tergantung
" Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk menentukan penyakit minamata atau bukan, termasuk pekerjaan. Penyakit minamata baru terjadi di Jepang, harus ada studi komprehensif. Ambang batas minamata 200 mikrogram/liter yang menunjukkan gejala awal minamata," tandas Haryoto.
Untuk masyarakat yang berada di sekitar Teluk Buyat, menurutnya, adalah wajar kadar merkuri berkisar 10-30 mikrogram/liter. Pasalnya, warga setempat bisa dikategorikan pemakan ikan golongan sedang.Tidak berarti secara otomatis bisa dikatakan penyakit yang diderita warga Desa Buyat Pantai disebabkan merkuri. Karena target organ merkuri (organik) adalah otak (saraf) dengan gejala antara lain tremor. Untuk memastikan hubungan antara penyakit yang diderita masyarakat dengan cemaran logam merkuri akibat penambangan maka tim yang berasal dari tiga universitas (UI, UGM dan Unsrat) akan meneliti hal itu. Penelitian akan dibandingkan dengan daerah yang mirip dengan Desa Buyat Pantai yang tanpa penambangan (sebagai kontrol).