Krakatau Steel Masuki Industri Penambangan Bijih Besi
Krakatau Steel Masuki Industri Penambangan Bijih Besi
Kapanlagi.com -8 September 2005 Produsen baja terbesar di Indonesia PT Krakatau Steel (KS) memasuk ke industri penambangan dan pengolahan bijih besi di dalam negeri guna mengurangi ketergantungan impor bahan baku bajanya.
"Seiring dengan visi KS menjadi pemain baja terpadu di dunia pada 2013, maka kami masuk ke bidang yang lebih hulu lagi, yaitu di pertambangan bijih besi," kata Dirut KS Daenulhay pada kunjungan Menperindag ke pabrik baja tersebut, di Cilegon, Banten, Rabu (6/9).
Untuk investasi penambangan dan pengolahan bijih besi tersebut, KS akan bekerjasama dengan perusahaan Cina Chengda Chuan Wei Group Co Ltd dan Sinchuan Chuan Wei Group Co Ltd, serta pemilik kuasa pertambangan di Indonesia PT Sumbergas Sakti Prima.
Dijelaskannya dana yang dibutuhkan untuk investasi industri pertambangan bijih besi di Kalimantan tersebut membutuhkan dana lebih dari satu miliar dolar AS.
Selain menambang dan mengolah biji besi, investasi itu juga diperlukan untuk membangun infrastruktur jalan yang belum memadai serta pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sendiri.
"Jadi dana yang dibutuhkan saya kira lebih dari US$1,0 miliar," ujar Daenulhay.
Menurut dia, penambangan bijih besi itu akan dilakukan di Sampit (Kalimantan Barat) dengan kapasitas produks awal sebesar 2,5 juta ton dan akan ditingkat terus produksinya secara bertahap setiap tahun.
Direktur Keuangan KS Fazwar Bujang mengatakan kemungkinan KS akan mengambil porsi sekitar 10% saham dari industri penambangan dan pengolahan bijih besi tersebut.
"Tidak perlu banyak-banyak. Kita mencontoh apa yang dilakukan Nippon Steel yang memiliki saham dua persen saja di industri penambangan bijih besi di Brazil, tapi dapat jaminan pasokan dan bisa membeli lebih dari 50% produksi bijih besi di sana. Yang penting kita dapat jamian pasokan, tapi kualitas biji besinya tetap harus sesuai standar KS yaitu kandungan besinya 60%," ujar Fazwar.
Penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) kerjasama investasi penambangan dan pengolahan bijih besi tersebut dilakukan pada akhir Agustus lalu, di Beijing, disaksikan Wapres M Jusuf Kalla.
Menperin Andung A Nitimihardja yang ikut menandatangani MoU tersebut mengatakan dengan pihaknya akan terus memantau realisasi MoU tersebut yang diperkirakan akan dimulai pelaksanaannya dalam dua sampai tiga bulan mendatang.
"Proyek itu ditargetkan selesai dalam 24-30 bulan, sehingga diharapkan pada 2008 industri penambangan bijih besi itu sudah bisa memasok bahan baku ke KS," katanya.
Dengan adanya produksi bijih besi itu maka, kata Andung, Indonesia dapat menghemat devisa sekitar US$125 juta per tahun dengan asumsi produksi 2,5 juta ton bijih besi per tahun dan harga konvensional sebesar US$55 per ton. (*/dar)
sumber: