KPC tunda pricing obligasi US$375 juta

 

JAKARTA (Bisnis): PT Kaltim Prima Coal (KPC) menunda penetapan harga obligasi senilai US$375 juta akibat fluktuasi harga obligasi di Asia sehingga anak perusahaan PT Bumi Resources itu harus membayar lebih mahal untuk mencari pinjaman.

Hal itu diungkapkan lewat surat elektronik kepada para pemegang saham seperti yang dikutip dari Bloomberg kemarin.

Fluktuasi harga obligasi terjadi setelah suku bunga obligasi di Asia meningkat akibat antisipasi kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga dari yang terendah sejak 1958, awal bulan depan untuk mengendalikan inflasi.

"KPC akan menunggu hingga pasar obligasi lebih stabil sebelum menetapkan harga," ujar surat elektronik itu.

Perseroan menawarkan suku bunga mengambang selama tiga tahun yang dapat ditinjau kembali setelah dua tahun. Perseroan juga menawarkan suku bunga tetap untuk jangka waktu lima tahun yang dapat ditinjau ulang setelah tiga tahun.

Selama dua pekan ini KPC mempromosikan penjualan obligasi kepada para investor di Singapura, Hong Kong, London, New York, dan Boston.

"Perseroan berencana menjual surat utang sebesar US$450 juta," kata Standard & Poors bulan lalu saat pemberian peringkat utang B+ kepada perseroan, empat level di bawah rating teringgi investasi. Proses penjualan akan ditangani Cherosh Holding BV dengan KPC sebagai penjamin.

Jalan terus

Saat dikonfirmasi, Eddie J. Soebari, Direktur PT Bumi Resources Tbk menegaskan rencana emisi obligasi itu tetap jalan terus sesuai dengan rencana.

Menurut dia, dirinya kini berada di New York, AS untuk menawarkan obligasi tersebut kepada investor asing. "Rencana emisi obligasi itu masih tetap jalan, beberapa waktu lalu, saya habis ketemu sama calon investor," katanya menjawab Bisnis dari New York tadi malam.

Sebelumnya untuk rencana emisi obligasi KPC ini, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poors memberikan peringkat B+. Dalam siaran pers dari S&P disebutkan peringkat B+ untuk kredit korporasi KPC dengan outlook stabil.

Unsecured notes tersebut diterbitkan oleh Cherosh Holding BV dan dijamin oleh KPC.

Surat utang KPC itu diketahui akan diterbitkan dalam dua tranche yaitu tranche dengan tingkat bunga mengambang yang akan jatuh tempo tahun 2007 dan tranche tingkat bunga tetap yang jatuh tempo 2009.

Sumber Bisnis mengatakan pricing obligasi KPC sebenarnya dijadwalkan kemarin tetapi ditunda karena kondisi pasar obligasi yang jelek. "Roadshow obligasi KPC berakhir pada Jumat pekan lalu, tetapi penentuan harganya ditunda hingga waktu yang belum ditentukan," katanya.

Dia menjelaskan dengan kondisi pasar obligasi internasional yang jelek, investor lebih memilih obligasi US$ yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.

"Bayangkan saja, obligasi US$ pemerintah memberikan yield 8,75%, kalau KPC menawarkan yield 9% atau 10%, investor lebih memilih obligasi US$ pemerintah RI."

Sumber tadi menjelaskan investor asing meminta yield 10% dari obligasi yang akan diterbitkan oleh KPC. "Bagaimana KPC bersedia memberikan yield 10%, tentu cukup mahal sehingga kemungkinannnya obligasi itu batal diterbikan," katanya.

Namun, ujarnya, kepastian dari penerbitkan obligasi KPC tentu tergantung dari penjual surat utang tersebut yaitu Credit Suisse First Boston dan JP Morgan Securities.

Sementara Bloomberg mengutip Patrick Chia, yang membantu pengaturan investasi fixed income senilai US$11,9 juta pada Credit Agricole Asset Management di Singapura.

Dia mengatakan, "Saat ini merupakan salah satu saat terburuk untuk menjual obligasi, sehingga merupakan ide bagus untuk menunda penjualan ini sampai keadaan lebih menguntungkan."

Patrick menyatakan akan berpikir dua kali sebelum membeli obligasi KPC.

Menurut data Deutsche Bank AG pukul 15.43 kemarin, suku bunga obligasi Indonesia sebesar 6,75% untuk jangka waktu 10 tahun, sampai Maret 2004, ditawarkan sampai 8,92% atau 4,17% poin lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pinjaman di AS untuk jangka waktu yang sama. Hal ini jika dibandingkan dengan 8,17% pada tanggal 3 Mei 2004. (

 

sumber: