Komisi VII DPR Kecam Sjachriel tentang Pertambangan
Komisi VII DPR-RI kecewa berat terhadap Gubernur Kalsel Sjachriel Darham. Kekecewaan ini lantaran Sjachriel yang dijadwalkan hadir dalam acara rapat dengar pendapat, Rabu (2/3), tidak muncul-muncul di gedung DPR.Lontaran ketidakpuasan pun berhamburan dari mulut sejumlah anggota Komisi VII. Mereka menilai gubernur Kalsel tidak menghormati lembaga dewan karena diundang hadir pukul 09.00 WIB namun tidak muncul-muncul.
Meski Kepala Dinas Pertambangan Kalsel Sukardhi menjelaskan bahwa gubernur sedang di Banjarmasin, dan meminta waktu siang hari diadakan rapat kerja. Namun, penjelasan itu ditanggapi keras anggota Komisi VII DPR, Gusti Iskandar Sukma Alamsyah.
Dikatakan Iskandar, apa yang dijelaskan kadinas pertambangan tidak benar. "Saya mendapat informasi saudara Sjachriel ada di Jakarta, ini kan pembohongan publik," tandas anggota DPR asal Kalsel itu.
Sementara Royani Aminullah, dari Fraksi PDIP --juga asal pemilihan Kalsel-- menyatakan malu dengan sikap ketidakhadiran Sjachriel Darham di forum yang sebenarnya untuk membenahi persoalan lingkungan hidup di Kalsel.
"Kasihan
Sementara bupati dari Kalsel hadir yaitu Bupati Kabupaten Tanah Bumbu, Bupati Tabalong, Bupati Balangan, Bupati Tanah Laut dan Bupati Kotabaru terlihat hanya bisa bengong atas pernyataan-pernyataan miringh anggota Komisi VII.
Gusman Effendi, pimpinan sidang Komisi VII akhirnya memutuskan rapat ditunda sampai pukul 13.00 WIB menunggu Gubernur Sjachriel Darham datang.
Minta Maaf
Sjachriel Darham sendiri dalam rapat kerja yang dibuka kembali pukul 13.00 WIB meminta maaf kepada Komisi VII DPR-RI atas ketidakhadirannya.
"Ketidakhadiran saya di sidang ini, karena ada kesibukan ke Depdagri, dan menghadiri undangan lainnya. Saya tidak bermaksud menomorduakan DPR-RI. Mohon maaf kepada agggota Komisi VII," ucap Sjachriel dengan nada memelas.
Yang menarik, ketika anggota Komisi VII Sultan Batu Gana menyinggung kehadiran tiba-tiba Sjachriel di gedung DPR. Menurut dia, sangat hebat sekali Gubernur Kalsel ini dari
"Tapi sekarang sudah ada di depan kita, luar biasa," kata Sultan yang diikuti tertawa anggota dewan lainnya. Sjachriel sendiri hanya bisa tersenyum kecut atas sindiran anggota Komisi VII itu.
Sementaa itu kesempatan rapat yang akhirnya berjalan normal, Sjachriel mengakui bahwa di Kalsel sekarang ini sudah terjadi kerusakan lingkungan besar-besaran akibat pertambangan tanpa izin (Peti) batu bara.
"Kalau kita melintas melalui udara melihat ke bawah, maka banyak lahan yang bopeng akibat pengerukan batu bara tidak terkendali," ucapnya.
Penyebab sulitnya peti diberantas, sebut Sjachriel karena ada peraturan yang masih dominan oleh pusat, seperti PK2B yang sudah mati, tetapi bisa dihidupkan lagi melalui pusat. "Ini sering kita protes, tapi protes kita tidak didengar," ucapnya.
Pada kesempatan itu,, Sjachriel juga memberitahu Komisi VII DPR-RI bahwa PT Arutmin tidak lancar membayar royalti sebear Rp270 miliar kepada daerah. "Akibat ini juga membuat daerah kekurangan dana," tegasnya.
sumber: