KLH Minta Freeport Menormalisasi Sungai Ajkwa

KLH Minta Freeport Menormalisasi Sungai Ajkwa

Suara Pembaruan, 20 Februri 2006

 

JAKARTA - Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) meminta PT Freeport Indonesia menormalisasi Sungai Ajkwa yang dialiri tailing pertambangan tembaga dan emas dari perusahaan itu. Saat ini bentukan Sungai Ajkwa sudah berubah total menjadi daratan yang penuh lumpur karena selama 30 tahun lebih sungai itu digunakan untuk membawa tiga miliar ton tailing. Selain mengubah bentukan sungai, tailing juga telah mengontaminasi logam berat pada beberapa jenis ikan di daerah estuari dan Laut Arafuru, dekat muara pembuangan tailing.

Saat ini, KLH meminta Freeport membuat saluran lain yang terpisah dari aliran sungai itu untuk membawa tailing pertambangan. Pembangunan itu harus dipercepat agar kondisi Sungai Ajkwa tidak semakin parah.

Demikian disampaikan Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat KLH, Sudarijono, di Jakarta, Jumat (17/2). Ia menyatakan saat ini tim dari KLH sedang melakukan audit kinerja pengelolaan lingkungan di perusahaan asal Amerika Serikat itu.

Tim tersebut merupakan tim dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) 2006. Tim akan memberikan penilaian kepada perusahaan itu, kemudian memasukkanya dalam kategori hitam, merah, biru, atau hijau.

Sementara hasil pemantauan KLH pada 2004 menunjukkan ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan lingkungan di sekitar perusahaan itu. Misalnya, dalam pengelolaan tailing, kualitas sungai, dan perubahan bentang alam akibat aktivitas pertambangan.

Tak Beracun

Sementara itu, pihak Freeport menyebutkan tailing yang merupakan bahan sisa material tambangnya tidak mengandung racun dan berbahaya terhadap lingkungan.

Namun hasil pemantauan KLH pada 2004 menyebutkan dari hulu ke hilir Sungai Ajkwa memiliki konsentrasi total suspended solid (TSS/bahan terlarut) di atas baku mutu air untuk kelas II, seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Selain itu konsentrasi logam berat dalam sedimen sungai juga relatif tinggi. Namun sayangnya, sampai saat ini Indonesia belum mempunyai baku mutu konsentrasi logam berat di dalam sedimen.

Sejumlah ikan yang diambil sampelnya dari perairan Laut Arafuru dan daerah estuari dekat muara Sungai Ajkwa memperlihatkan adanya kontaminasi arsen. Ikan-ikan yang diambil sampel adalah jenis Arius grafessel, Arius mastersi, Arius pectoralis, Arius nella, Arius orgyropleunon dan Arius leptasis. Arsen yang terkandung dalam ikan tersebut melebihi baku mutu yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebesar 1 mikrogram per gram.

Sejumlah ikan yang diambil sebagai sampel berasal dari perairan laut, bukan perairan daratan, karena menurut tim pemantau, saat itu tidak mungkin ada ikan layak konsumsi yang hidup di Sungai Ajkwa karena sudah dipenuhi tailing pertambangan yang berada di atasnya.

sumber: