Kilau emas meredup di Indonesia
Kilau emas meredup di Indonesia
Bisnis, 14 September 2005
ÂÂ
SINGAPURA: Masyarakat
Indonesia adalah produsen perhiasan terbesar di tingkat regional yang mengkonsumsi 88,9 ton emas tahun lalu. "Namun, permintaan diperkirakan menurun sekitar 20% pada 2005," ujar Leo Hadi Loe, konsultan Jewellery Indonesia, perusahaan promotor emas di Jakarta.
Menurut Leo, hal itu dikarenakan mulainya perusahaan besar melakukan ekspor lebih pada tahun ini menyusul kelangkaan konsumsi domestik di samping lonjakan harga emas lantakan yang juga menurunkan permintaan.
Pembelian emas dilakukan untuk lindung nilai terhadap inflasi dan penjualan di masa depan saat pemegang emas membutuhkan tunai sewaktu mengalami kesulitan.
Namun dengan melemahnya rupiah, biaya pembelian emas berdenominasi dolar AS juga akan naik.
Spot emas diperdagangkan sekitar US$448,70 per ounce, sehari setelah menyentuh puncak selama 2005 pada US$451,50 melalui pembelian dari investor. "Orang tidak akan menjual kembali emas mereka, karena khawatir harga akan menjadi lebih mahal saat mereka ingin membeli emas lagi. Kenaikan harga bahan bakar akan terjadi Oktober bakal memberi kesulitan yang lebih besar bagi sebagian orang. Konsumsi tidak terlalu menjanjikan dalam tahun-tahun mendatang," kata Loe.
Pemerintah menyatakan akan menaikkan harga bahan bakar domestik di awal Oktober. Langkah itu menyebabkan harga kebutuhan dasar turut naik, namun penting untuk mengurangi pemogokan meskipun secara politis subsidi menjadi hal sensitif.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah berjanji menaikkan harga BBM secara bertahap dalam upaya bangkit dari tekanan ekonomi dan rupiah, yang melemah ke posisi terendah dalam empat tahun di posisi Rp11.750 per dolar AS pada 30 Agustus.
sumber: