Ketua Umum Kadin: Kinerja Industri 2004 Masih Stagnan

Jakarta, Kompas 16 Des. 2003 - Kinerja industri pada tahun 2004 diperkirakan masih stagnan karena belum ada terobosan kebijakan fiskal yang mendukung pembangunan sektor industri dan infrastruktur yang memadai untuk mendorong sektor industri. Selain itu, investasi asing diperkirakan juga belum banyak yang masuk karena investor menunggu perkembangan kondisi sosial politik pada Pemilihan Umum 2004.

"Kinerja industri saya kira akan tetap stagnan pada tahun 2004, seperti sekarang ini. Saya kira konsumsi yang justru akan naik," kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Aburizal Bakrie di Jakarta, Senin (15/12).

Kinerja industri tahun 2003 dapat dilihat dari data Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) mengenai utilisasi kapasitas industri. Tingkat utilisasi sektor industri logam, mesin, elektronik, dan aneka (Ilmea) tahun 2003 rata- rata sebesar 58,90 persen. Tingkat utilisasi sektor industri kimia, agro, dan hasil hutan (Ikah) tahun 2003 rata-rata sebesar 70,69 persen.

Tingkat utilisasi 2003 itu tidak berubah banyak dibandingkan dengan tingkat utilisasi tahun 2002. Tingkat utilisasi 2002 untuk sektor industri Ilmea rata-rata sebesar 55,60 persen. Tingkat utilisasi sektor industri Ikah tahun 2002 sebesar 69,76 persen.

Menurut Ical-panggilan Aburizal Bakrie-pertumbuhan konsumsi pada tahun 2004 justru akan naik karena berbagai kegiatan konsumsi menjelang pemilu. "Pertumbuhan konsumsi 2004 tersebut akan besar. Misalnya, partai peserta pemilu akan membeli kaus atau bendera untuk partai politik dan konsumsi bidang lain," katanya.

Ical menambahkan, pertumbuhan ekonomi sebesar 3,8 persen sampai empat persen yang banyak didorong oleh faktor konsumsi memang tidak cukup. Bidang investasi juga perlu diperhatikan pemerintah. Untuk itu, perlu ada terobosan baru di bidang fiskal untuk menarik investasi. Selain itu, APBN di tahun-tahun mendatang perlu diberdayakan untuk pembangunan infrastruktur.

"Bagaimana APBN dapat diberdayakan. Untuk itu, program pembangunan 2004-2009 perlu dibicarakan. Bagaimana pembangunan infrastruktur. Bagaimana pembangunan reformasi birokrasi sebagai usaha untuk menghilangkan KKN," kata Ical.

Investasi

Ketua Harian Komite Pemulihan Ekonomi Nasional (KPEN) Kadin Indonesia Sofjan Wanandi menambahkan, investasi asing tahun 2004 belum banyak yang akan masuk. "Mereka pasti menunggu perkembangan situasi sosial dan politik pada Pemilu 2004," katanya.

Meskipun demikian, lanjut Sofjan, pemerintah maupun pelaku usaha perlu meletakkan dasar-dasar yang baik untuk menarik investasi sekarang ini. Untuk itu, pihak Kadin bersama pelaku usaha asing telah menyampaikan usulan-usulan yang perlu diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri dan menarik investasi.

Sofjan menilai, pertumbuhan ekonomi yang cenderung didorong oleh konsumsi tidak cukup untuk memberikan lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi perlu didorong juga oleh investasi dan kinerja industri untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak," katanya.

Sebagai gambaran, dari data perkembangan kesempatan kerja di industri besar dan sedang dari survei industri yang dilakukan oleh BPS tahun 2001, terlihat penyerapan tenaga kerja di beberapa industri besar dan sedang mengalami penurunan pada tahun 2001 dibandingkan dengan tahun 2000. Misalnya, tingkat perkembangan kesempatan kerja di industri besar sektor produk tekstil tahun 2001 mencapai 550.822 orang. Tingkat perkembangan kesempatan kerja di industri besar produk tekstil tahun 2000 sebesar 614.820 orang.

Kebijakan industri

Salah seorang pimpinan kolektif KPEN Kadin Anton Supit mengatakan, pemerintah sebaiknya melihat substansi kritik Bank Dunia mengenai kebijakan imbal dagang. "Saya kira substansi kritik Bank Dunia adalah kebijakan industri memang lemah," katanya.

Menurut Anton, imbal dagang memang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ekspor. Namun, jangan sampai imbal dagang terlalu ditekankan, sedangkan kebijakan meningkatkan ekspor dengan pemberdayaan industri tidak pernah terfokus.

Sementara itu, Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti mengungkapkan, masalah terbesar yang dihadapioleh negara ini sekarang adalah bagaimana melakukan pembangunan infrastruktur untuk menunjang sektor industri. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) juga penting untuk menghadapi perkembangan informasi teknologi dan meningkatkan daya saing.

Dari data Bappenas, struktur angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SD dan di bawah SD sekarang ini mencapai 58 persen. Mengenai struktur pekerja dengan tingkat pendidikan SD dan di bawah SD pun porsinya paling besar, yakni 60,9 persen. (FER)

sumber: