Kesepahaman Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan Menguat

Di dalam acara Forum Group Discussion (FGD) tentang nilai tambah di Hotel Bidakara tanggal 19/8 lalu yang diprakarsai oleh Kementerian ESDM dengan penyelenggara Balitbang/Tekmira ESDM dan dihadiri oleh  peserta dari berbagai pihak, yaitu asosiasi pertambangan, akademisi, para peneliti, pengusaha, unsur pemerintah seperti wakil dari Kementerian Keuangan,Kementerian Perdagangan, Pemerintah Daerah dsb, terdapat hal yang cukup menarik. Dalam acara tersebut semua pihak menyatakan pendapat pentingnya upaya peningkatan nilai tambah untuk segera dilakukan, menariknya adalah tidak satupun yang menyatakan bahwa ini tidak perlu. Semua menyatakan hal ini sebagai urgensi yang perlu segera dilakukan dan diupayakan dengan sejumlah kebijakan.

Dalam kesempatan tersebut Dr Lobo Balia, SAM KESDM Bidang Lingkungan Hidup dan Kewilayahan menyampaikan sejumlah fakta menarik bahwa masih terdapat sejumlah lubang-lubang di dalam rantai peningkatan nilai tambah mineral logam di Indonesia. Lubang-lubang tersebut diantaranya masih belum adanya industri nilai tambah untuk bauksit untuk menjadi alumina, masih sangat kurangnya upaya nilai tambah bijh besi menjadi pelet, besi wantah, dll.

Terdapat benang merah kesepahaman dari seluruh unsur yang terlibat dalam diskusi tersebut bahwa ke-depan kekayaan nasional berupa bahan galian khususnya mineral dan batubara harus seoptimal mungkin dikembangkan mulai dari hulu ke-hilir. Di sisi lain diperlukan kesepahaman terkait dengan kebijakan yang diperlukan serta strategi apa yang diperlukan untuk hal ini.

 

edpraso

sumber: