Kenaikan biaya tekan laba Timah

Kenaikan biaya tekan laba Timah

Bisnis, 28 Oktober 2005

 

JAKARTA: PT Timah Tbk menanggung pembekakan biaya produksi hingga Rp15 miliar setiap bulannya karena kenaikan ongkos bahan bakar minyak.

Perseroan mengalokasikan sekitar 15%-20% dari biaya produksi untuk penggunaan bahan bakar minyak yang naik sejak Juli 2005.

"Akibat kenaikan biaya produksi, otomatis juga akan mengurangi laba usaha, selain beban lainnya," kata Direktur Keuangan Timah Wachid Usman dalam paparan publik perusahaan itu kemarin.

Sebagai upaya menutup pembekakan biaya produksi, perseroan berencana mengoptimalkan produksi non-timah seperti batu bara ditambah dengan rencana per-seroan yang lain.

Dalam laporan keuangan kuartal ketiga yang berakhir September 2005, perseroan mencatat penurunan laba usaha hingga 43,58% jika dibandingkan dengan tahun yang lalu.

Kali ini perseroan mencatatkan laba usaha hanya Rp203,9 miliar. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu perseroan berhasil membukukan laba usaha mencapai Rp361,4 miliar.

Laba bersih perseroan juga menurun dibandingkan tahun yang lalu dengan perolehan hanya Rp101,2 miliar. Padahal tahun lalu perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp116 miliar

Meski demikian angka penjualan perseroan selama periode ini mengalami peningkatan 32,71% jika dibandingkan tahun lalu atau senilai dengan Rp2,61 triliun.

Sedangkan tahun lalu perolehan penjualan hanya senilai Rp1,75 triliun.

Menurut keterangan Wachid, beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya perolehan laba bersih pada kuartal kertiga tahun ini, selain karena kenaikan harga BBM juga akibat penurunan harga pasar bijih timah yang turun drastis jika dibandingkan dengan harga periode yang sama tahun lalu.

Pada kuartal III/ 2004 har-ga pasaran bijih timah Indo-nesia jenis LME mencapai US$8.200/ton, sedang-kan kini US$6.500 /ton.

Sampai dengan September 2005 ini, saldo akhir kas perseroan senilai Rp125,6 miliar. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu saldo akhir kas perseroan senilai Rp101,3 miliar.

Kedepannya, perseroan berencana untuk mengoptimalkan produksi kapal keruk yang sampai saat ini berjumlah 15 kapal. Selain itu juga akan dioptimalkan penerimaan bijih timah dari pihak ketiga, peleburan terak, dan bekerja sama dengan pengusaha tambang tradisional untuk pemurnian dan pe-masaran sebagai merek yang terdaftar.

sumber: