Kelola Batu Bara ala Cina Bisa Kerja Seharian

Kelola Batu Bara ala Cina Bisa Kerja Seharian

Sinar Harapan, 28 Juli 2005


Jakarta - Cina ternyata juga jawara dalam ekonomi.
Lihat saja tingkat pertumbuhan ekonominya yang mencapai 9,6 persen pertahun. Ini membuat negeri tirai bambu ini peringkat kedua terbaik se-Asia.
Terbukti juga dengan banyaknya produk Cina yang berada di sekeliling kita. Setrika dari Cina, magic jar dari Cina, motor, sepeda, peralatan elektronik, semuanya produk Cina.
Sebenarnya kalau mau ditelusuri, banyak faktor yang membuat negeri Cina bisa seperti itu. Satu hal yang pasti merupakan kecerdasan yang dimiliki kebanyakan rakyatnya, yang salah satunya diimplementasikan dalam hal pengolahan batu bara.
Sepertinya Cina tahu, batu bara merupakan potensi dasar yang mampu membangkitkan industri lainnya. Seperti juga domino yang dijatuhkan mengenai kartu domino lain.
Batu bara bisa dikatakan memiliki multiplier effect yang mengagumkan untuk pembangunan.
Hal ini terlihat sekali dengan cara Cina memanfaatkan sebagian besar batu bara yang mereka miliki, ketimbang mengekspornya keluar negeri.
Seperti yang terjadi pada tahun lalu, Cina mampu memproduksi hingga 1,95 miliar ton batu bara. Ini berarti Cina berada di peringkat kedua penghasil batu bara dunia. namun Cina hanya melemparkan 86,63 juta ton batu baranya keluar negeri. Yang berarti sisanya sejumlah 95 persen, dipergunakan untuk keperluan dalam negeri.
Salah satu langkah cerdik Cina dalam memanfaatkan batu bara adalah hasil listrik. Dengan kecerdikan ini, pasokan energi listrik melimpah, dan dapat dipastikan dunia industri akan maju. Pabrik-pabrik akan bisa bekerja 24 jam. Pekerja bisa lembur dengan pasokan terang yang menyala. Kerja juga lebih maksimal.

Indonesia
Di Indonesia sendiri sekarang babak belur, padahal dengan produksi batu bara yang mencapai 127 juta metrik ton per tahun, kita bisa juga mencukupi kebutuhan listrik. Namun, itu dengan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebanyak-banyaknya.
Ini juga berarti membuka pasar domestik pada kebutuhan batu bara.
Tidak seperti sekarang, di mana produksi batu bara kita banyak yang lari keluar negeri. Bahkan menurut data yang terakhir, hingga 75 persen produksi batu bara kita diekspor keluar negeri.
“Saat ini, produksi pemakaian batu bara untuk membangkitkan tenaga listrik baru 30 sampai 34 persen banyaknya,� kata Ali Herman Ibrahim, Direktur Pembangkitan dan Energi PT PLN, di Jakarta, Kamis (21/7).
Hal ini, menurutnya, setara dengan tingkat produksi yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga BBM. Namun masalahnya, BBM sekarang bisa dikatakan menjadi barang mahal. Dan bila tetap mengharapkan adanya proses pembangkitan listrik dengan tenaga BBM sekarang ini, berarti pemborosan tak ada habisnya.
Pemakaian batu bara sebagai penghasil listrik seharusnya makin ditingkatkan, mengingat besarnya cadangan batu bara. Data terakhir yang ada menyebutkan hingga 50 miliar metrik ton. Dan sedikit gambaran PLTU Suralaya, yang merupakan pemasok listrik terbesar untuk Jawa dan Bali hanya membutuhkan enam juta metrik ton per tahunnya.
Berarti dengan cadangan batu bara kita yang sedemikian melimpahnya, tak ada alasan kita hanya hidup hingga jam satu malam, seperti banyak yang terjadi saat ini.

sumber: