Kelangkaan Solar Pukul Penambangan Cempaka
Kelangkaan Solar Pukul Penambangan Cempaka Opek, pekerja penambang intan di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Banjarbaru tampak tergesa-gesa beranjak dari lubang tambang tempat ia biasa bergulat mengais rezeki setiap harinya. Tetesan peluhnya masih belum habis, tapi ia masih meneruskan aktivitasnya demi menafkahi keluarganya di rumah. Tangan Opek terlihat menjinjing jerigen berisi bahan bakar untuk menjalankan mesin penyedot tanah dan air. Sembari duduk mengeringkan peluhnya, ia asyik mengoplos minyak tanah (mitan) dan oli bekas ke mesin yang biasa biasa disebut dumping. "Kaya ini pang bila solar ngalih dicari. Kalau harga solar mahal dan barangnya langka, terpaksa menggantinya dengan minyak gas (mitan) yang dicampur oli bekas. Lumayan, mesin bisa jalan dan kita bisa berusaha mencari rejeki," tuturnya, usai menuang campuran bahan bakar alternatif pengganti solar ini. Kelangkaan solar terasa sekali memukul usaha penambangan rakyat di kawasan Cempaka. Akibatnya, energi alternatif oplosan mitan dan oli bekas menjadi pilihan para penambang intan ini untuk meneruskan usahanya. "Kalau tidak mencampur seperti itu, bisa-bisa kami tidak bekerja. Padahal usaha ini banyak spekulasinya. Terkadang modal yang kita keluarkan belum tentu dapat tertutupi hari itu juga," sahut H Udi, pemilik mesin penyedot tambang. Rata-rata dalam sehari satu unit mesin bisa menguras solar minimal 25 liter. Satu lubang pendulangan tak hanya 1 mesin saja yang digunakan. Kalau dihitung-hitung, dalam satu kelompok penambang bisa menghabiskan modal Rp400.000 per hari. Karena sekarang ini untuk mendapatkan solar sulit, pilihan pun kembali jatuh pada bahan bakar alternatif oplosan mitan dan oli bekas. Bayang-bayang tak dapat bekerja masih saja menghantui para penambang. Kelangkaan mitan beberapa waktu terakhir pun menjadi ancaman tersendiri bagi para penambang.
Mitan Campur Oli Bekas