Kebijakan Briket Batubara Grup Bakrie Diuntungkan
Kebijakan Briket Batubara Grup Bakrie Diuntungkan
Kamis, 13 Oktober 2005 01:46:41
DI balik gebrakan gencar Menko Perekonomian Aburizal Bakrie mengkampanyekan penggunaan energi alternatif briket batubara pengganti minyak tanah, terbetik kecurigaan nuansa bisnis kental di balik itu.
Ical --demikian Aburizal akrab disapa-- lewat Grup Bakrie mematroni suatu usaha besar yang menjadi pemain utama dalam industri batubara di Indonesia. Bakrie mungkin sudah melepas semua posisi resminya dalam kelompok usaha itu. Tapi pengaruh patronasenya tentu masih terkait erat dengan para pelaku bisnis di kelompok itu.
"Kebijakan untuk alih energi ke batubara ternyata didomplengi kepentingan bisnis oleh pejabat pemerintah terkait," kata Sonny Keraf, mantan Menteri Lingkungan Hidup yang kini anggota Komisi VII DPR kepada BPost, Senin (10/10).
Adalah Bumi Resources, perusahaan link Bakrie yang disebut-sebut diuntungkan dengan kampanye penggunaan briket batubara itu. Perusahaan ini dikendalikan keluarga Bakrie. Mula-mula Bumi Resources bergerak di bidang real estate. Tapi pada 2001, Bumi Resources mengambilalih Arutmine yang merupakan salah satu produsen batubara terbesar di Indonesia.
Catatan BPost, kisah -pengambilalihan ini sempat menimbulkan kontroversi karena Bakrie diduga memakai dana Jamsostek.
Pada 2003, Bumi Resources kembali memperkuat kukunya di industri batubara dengan mengambilalih Kaltim Prima Coal. Bumi Resources memproduksi batubara sekitar 28 juta ton per tahun. Batubara sebanyak itu tentu tak hanya dijual di Indonesia namun juga diekspor ke lebih dari 20 negara.
"Untuk hal ini saya tidak setuju karena disini yang bermain adalah kepentingan pribadi, bukan kepentingan publik yang menjadi perhatian utama," kata Keraf.
Bumi Resources menguasai lebih dari 40 persen kebutuhan batubara kita. Di pasar internasional, Bumi disebut-sebut memasok 8 persen kebutuhan batubara dunia. Menurut Keraf, tentu ini bukan skala sembarangan, tapi sudah sekaliber dunia.
Menurut catatan Kantor Berita Radio 68H, dalam lima tahun terakhir, aset Bumi Resources melesat dari Rp500 miliar menjadi hampir Rp15 triliun. Ical sebagai patron Bumi Rewsources tentu terkait dan berkepentingan dengan usaha yang meraksasa itu. Kalau dalam waktu dekat pemerintah atas biaya APBN menyediakan 10 juta tungku briket batubara untuk masyarakat, tentu ini akan disambut hangat oleh ibu-ibu rumah tangga yang kehabisan minyak tanah. Tapi jangan lupa tersedianya tungku secara massal itu juga akan memudahkan pemasaran briket batubara, memperluas pasar bumi resources lebih jauh lagi.
"Inilah risiko Presiden Yudhoyono mengangkat menteri dari kalangan bisnis. Benturan kepentingan tak terhindarkan," komentar pengamat ekonomi Aviliani dihubungi terpisah.
Ketika harga minyak tanah masih seharga Rp700 per liter, briket batubara tidak banyak diminati orang. Sekarang, dengan minyak tanah melambung harga 185 persen menjadi Rp2.000 per liter, briket batu bara tentu laris manis bak kacang goreng.
Aviliani bertanya-tanya, apakah kenaikan harga minyak tanah yang hampir 200 persen semata-mata menciptakan energi alternatif atau untuk menghidupkan industri batubara yang cukup lama gagal masuk pasar eceran?
"Makanya, sangat mendasar bila banyak tuntutan agar presiden segera mengganti para menteri dari kalangan bisnis," tegas Aviliani. JBP/abs/rir/ade
sumber: