Kapal Timah Indonesia Dibajak, Lalu Dibawa ke Malaysia
Kompas, 27 April 2005
ÂÂ
Kuala Lumpur, Selasa - Kapal Indonesia yang membawa timah senilai 4,6 juta dollar AS dibajak di perairan Muntok, Bangka Belitung, Jumat (22/4). Kapal yang dibajak sempat bersandar dan melakukan bongkar muat di Pelabuhan Pasir Gudang, sebelah selatan Johor, Malaysia.
Laporan mengenai pembajakan kapal Indonesia ini disampaikan Noel Choong, Kepala Badan Maritim Internasional Malaysia, Selasa (26/4), di Kuala Lumpur. Hingga kini belum diketahui nama kapal yang dibajak, begitu pula jumlah awaknya.
Pembajakan terjadi tidak lama setelah kapal yang membawa 575 ton timah halus itu bertolak dari Pelabuhan Muntok menuju Singapura. Choong tidak menjelaskan secara rinci bagaimana proses pembajakan terjadi. Dia hanya mengatakan, para pembajak yang diduga berasal dari Indonesia sempat menembakkan peluru ke arah kapal.
Para pembajak kemudian mengikat para awak kapal dan mengancam akan membunuh mereka jika mereka melawan. Mereka ditahan selama dua hari. Tidak ada penjelasan apakah kru kapal tersebut sudah dibebaskan atau belum.
Setelah itu, para pembajak memerintahkan para awak untuk berlayar menuju Pelabuhan Pasir Gudang di selatan Negara Bagian Johor. Kapal tersebut sempat bersandar selama dua hari. Kru kemudian diperintahkan untuk menurunkan kargo ke dalam sebuah gudang.
Setelah bongkar muat, para pembajak, lanjut Choong, membawa kembali kapal tersebut ke perairan Indonesia. Saat itulah para pembajak melarikan diri dengan speedboat. Mereka meninggalkan para kru dalam keadaan luka.
Setelah kejadian itu dilaporkan, pihak berwenang di Malaysia langsung memeriksa gudang dan menemukan kargo masih dalam keadaan utuh. "Kami heran atas kejadian itu. Mereka menantang bahaya untuk mencuri kargo, namun kargo itu masih berada di Pasir Gudang," kata Choong.
Kejadian itu seperti inginmengingatkan otoritas Malaysia untuk meningkatkan keamanan di Pelabuhan Pasir Gudang. Choong heran bagaimana para pembajak memperoleh dokumen yang memungkinkan mereka mendapatkan tempat berlabuh di pelabuhan itu.
Otoritas Malaysia saat ini mulai melakukan investigasi awal guna mengungkap kasus tersebut. Pembajakan kapal itu semakin memperlihatkan bahwa perairan Sumatera dan Selat Malaka sangat rawan pembajakan. IMB di London mencatat, dari 325 kasus pembajakan yang dilaporkan di seluruh dunia, hampir sepertiganya terjadi di perairan Indonesia dan Selat Malaka. Sebelumnya, sebuah kapal tanker dan kapal kargo juga dibajak di Selat Malaka.
Hingga kini tetap belum bisa diketahui, siapa para bajak laut itu. ). Kapal yang dibajak sempat bersandar dan melakukan bongkar muat di Pelabuhan Pasir Gudang, sebelah selatan Johor, Malaysia.
Laporan mengenai pembajakan kapal Indonesia ini disampaikan Noel Choong, Kepala Badan Maritim Internasional Malaysia, Selasa (26/4), di Kuala Lumpur. Hingga kini belum diketahui nama kapal yang dibajak, begitu pula jumlah awaknya.
Pembajakan terjadi tidak lama setelah kapal yang membawa 575 ton timah halus itu bertolak dari Pelabuhan Muntok menuju Singapura. Choong tidak menjelaskan secara rinci bagaimana proses pembajakan terjadi. Dia hanya mengatakan, para pembajak yang diduga berasal dari Indonesia sempat menembakkan peluru ke arah kapal.
Para pembajak kemudian mengikat para awak kapal dan mengancam akan membunuh mereka jika mereka melawan. Mereka ditahan selama dua hari. Tidak ada penjelasan apakah kru kapal tersebut sudah dibebaskan atau belum.
Setelah itu, para pembajak memerintahkan para awak untuk berlayar menuju Pelabuhan Pasir Gudang di selatan Negara Bagian Johor. Kapal tersebut sempat bersandar selama dua hari. Kru kemudian diperintahkan untuk menurunkan kargo ke dalam sebuah gudang.
Setelah bongkar muat, para pembajak, lanjut Choong, membawa kembali kapal tersebut ke perairan Indonesia. Saat itulah para pembajak melarikan diri dengan speedboat. Mereka meninggalkan para kru dalam keadaan luka.
Setelah kejadian itu dilaporkan, pihak berwenang di Malaysia langsung memeriksa gudang dan menemukan kargo masih dalam keadaan utuh. "Kami heran atas kejadian itu. Mereka menantang bahaya untuk mencuri kargo, namun kargo itu masih berada di Pasir Gudang," kata Choong.
Kejadian itu seperti ingin mengingatkan otoritas Malaysia untuk meningkatkan keamanan di Pelabuhan Pasir Gudang. Choong heran bagaimana para pembajak memperoleh dokumen yang memungkinkan mereka mendapatkan tempat berlabuh di pelabuhan itu.
Otoritas Malaysia saat ini mulai melakukan investigasi awal guna mengungkap kasus tersebut. Pembajakan kapal itu semakin memperlihatkan bahwa perairan Sumatera dan Selat Malaka sangat rawan pembajakan. IMB di London mencatat, dari 325 kasus pembajakan yang dilaporkan di seluruh dunia, hampir sepertiganya terjadi di perairan Indonesia dan Selat Malaka. Sebelumnya, sebuah kapal tanker dan kapal kargo juga dibajak di Selat Malaka.
Hingga kini tetap belum bisa diketahui, siapa para bajak laut itu. sumber: