Kalsel Akan Miliki Pabrik Bijih Besi

Kalsel Akan Miliki Pabrik Bijih Besi

Banjarmasinpost, 5 Desember 2005

Banjarmasin, BPost
Tidak lama lagi, Kalimantan Selatan (Kalsel) memiliki pabrik pengolahan bijih besi. Rencana pembangunan pabrik ini dibicarakan dalam pertemuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kalsel bersama instansi terkait dengan PT Tambang Nusantara dan calon investor dari Malaysia, Jumat (2/12), di kantor BPKMD Kalsel.

Dalam pertemuan yang dipimpin Kepala BPKMD H Aseffah Riffay itu, utusan Malaysia, Tun Daim Zainuddin, menjelaskan tentang rencana mereka membangun pabrik tersebut setelah mengetahui potensi tambang bijih besi di Kalsel.

Kalau pembangunan pabrik pengolahan bijih besi direalisasi, Kalsel bisa menjadi pemasok kebutuhan bahan baku besi untuk Krakatau Steel, kata Aseffah. Ini lantaran, Krakatau Steel hanya memiliki pembangkit hulu sementara hilir mereka tidak punya.

Potensi bijih besi di Kalsel cukup besar, dan tersebar di bebarapa kabupaten. Di antaranya Tabalong, Tanah Bumbu, Kotabaru dan Tanah Laut.

Besarnya potensi tambang bijih besi ini dan kebutuhan Krakatau Steel atas bahan baku besi, yang dilirik PT Tambang Nusantara dengan menggaet perusahaan Malaysia untuk menanamkan investasinya di daerah ini dengan membangun pabrik pengolahan biji besi tersebut.

Zainuddin yang juga mantan menteri Keuangan Malaysia, menyatakan pihaknya tidak hanya berencana membangun pabrik pengolahan bijih itu, tapi juga ingin menanamkan modalnya di sektor lain seperti properti dan lainnya. Untuk itu, ia membutuhkan peta tentang potensi Kalsel.

Pada kesempatan itu Koordinator Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin, Azis, megatakan pihaknya memberikan berbagai kemudahan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di daerah ini. Di antaranya bebas pajak dan bea masuk peralatan, apabila investor membangun usaha di kawasan Kapet. Sebaliknya, kalau di luar Kapet maka investor dikenakan pajak dan kewajiban lain.

Saat ini, kata Azis, Kapet Batulicin memiliki lahan seluas 540 hektare untuk perkebunan industri. Lahan seluas ini bisa dikembangkan untuk usaha perkebunan dan pertanian. Setelah usaha berproduksi, investor dikenakan membayar sewa tanah Rp2.500 per meter per bulan.

sumber: