Jumlah Penambang Emas Liar di Kalteng Mencapai 6.000 Orang
Suara Pembaruan, 1 Juni 2004 - PALANGKARAYA - Diperkirakan terdapat sekitar 6.000 orang warga Kalimantan Tengan (Kalteng) yang menggantungkan hidup dari usaha pertambangan emas liar pada daerah aliran sungai (DAS) di provinsi ini.
Besarnya jumlah penambang emas tanpa izin (PETI) itu diprediksikan akan mempercepat terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat bahan berbahaya beracun (B3) berupa logam berat mercury yang digunakan untuk mengolah hasil produksi.
Kepala Badan Pengelola Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Daerah (BPPLHD) Provinsi Kalteng, Ir Sjahrani Sjahrin kepada Pembaruan di Palangkaraya, Senin (31/5) mengatakan, dalam waktu dekat pemerintah merencanakan penertiban sejumlah PETI tersebut.
Mereka akan dipindahkan ke daerah daratan, sehingga dampaknya tidak terlalu membahayakan, terutama terhadap kehidupan manusia di sekitarnya.
Telah dipersiapkan sejumlah Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) di darat, kata mantan anggota DPR ini, tanpa menjelaskan secara rinci jumlahnya. Ia hanya menyebutkan areal WPR di darat cukup luas, tak ada alasan lagi untuk tidak pindah dari sungai.
Anggota DPRD Kalteng, Drs Prond BY Sulang dalam kesempatan terpisah kepada mengatakan, PETI di Kalteng yang melakukan penambangan di sungai tidak kurang dari 10.000 orang. Angka yang disebut oleh Kepala BPPLHD Kalteng, Ir Sjahrani Sjahrin itu hanya yang ada di DAS Kahayan dan Rungan saja.
Apabila ditelusuri, 11 sungai besar di Provinsi ini tidak satu pun yang bebas dari kegiatan PETI. Kegiatan penambangan emas di sungai itu secara langsung dampaknya menyebabkan pendangkalan.
Sungai yang dulu dijadikan sebagai sarana transportasi bagi masyarakat, kini sulit lagi diandalkan. Bilai kemarau beberapa hari terjadi pendangkalan semua jenis angkutan tidak bisa bergerak. Untung kini ada jalan darat sebagai pengganti.
Yosef (42), salah seorang PETI di Bawan, kecamatan Banama Tingang, Kabupaten Pulang Pisau ketika dikonfirmasi mengakui, kegiatan menambang emas tanpa sudah bukan pekerjaan yang menggiurkan lagi.
Usaha itu dilakukan karena tidak ada usaha lain yang bisa dilakukan untuk menghidupkan keluarga. Mereka senang kalau pemerintah mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru yang bisa mereka lakukan menghidup keluarga