Isi kekosongan pasokan: Rencana produksi batu bara nasional 135 juta ton
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
JAKARTA (Bisnis): Produksi batu bara nasional tahun ini direncanakan 135 juta ton atau meningkat 18,4% dibandingkan rencana 2003 sebanyak 114 juta ton, kata pejabat di Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral (GSDM). Direktur Pengusahaan Batubara, Ditjen GSDM pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Mahyuddin Lubis mengatakan rencana produksi sebanyak itu merupakan angka perkiraan medium yang dibuat instansinya. Di sisi lain, kata dia, pengurangan ekspor batu bara dari Cina yang merupakan pesaing Indonesia di pasar internasional turut diperhitungkan dalam menentukan rencana produksi para kontraktor batu bara di Tanah Air selama 2004. "Jadi rencana kenaikan produksi 135 juta ton ini, selain dibuat berdasarkan perkiraan selama lima tahunan, tapi lebih kepada upaya kita untuk mengisi kekosongan pasok batu bara di pasaran," katanya kepada Bisnis, kemarin. Namun, dia tidak menyebutkan rencana alokasi untuk ekspor 2004. Berdasarkan catatan Bisnis, tahun lalu ekspor batu bara Indonesia tercatat 85,61 juta ton atau naik dibandingkan 2003 sebanyak 74,17 juta ton.
Sumber: Direktorat GSDM, diolah Menurut dia, rencana Cina mengurangi ekspor batu bara membuat pasokan ke negara pembeli utama macam Jepang dan Korsel sedikit terganggu, sehingga Indonesia dan eksportir lainnya yakni Australia berpeluang mengisi kekosongan pasokan. "Kita juga berpeluang meningkatkan ekspor ke Filipina dan Malaysia." Mahyuddin menuturkan tahun lalu realisasi produksi batu bara nasional mencapai 112 juta ton atau di bawah rencana 114 juta ton. Tidak tercapainya rencana produksi, menurut dia, karena terjadinya gangguan seperti pemogokan di PT Kaltim Prima Coal, turunnya produksi PT Tambang Batubara Bukit Asam, dan PT Adaro Indonesia. Ongkos angkut Dia mengingatkan meski rencana produksi tahun ini diharapkan bisa tercapai seluruhnya, tidak berarti para produsen akan menikmati keuntungan yang besar karena melonjaknya harga batu bara di pasar internasional. Pasalnya, kata dia, kenaikan harga itu lebih dikarenakan tersendatnya pengiriman batu bara akibat kesulitan yang dialami negara produsen dalam mendapatkan angkutan kapal. "Meski harga batu bara naik, di sisi lain ongkos angkut kapal juga meningkat, sehingga keuntungan yang didapat tidak besar." Selain kesulitan mendapatkan kapal yang belakangan banyak dipakai untuk mengangkut bijih besi dan komoditas pertanian, rencana pengurangan ekspor batu bara Cina turut mempengaruhi harga komoditas itu di pasar internasional hingga mencapai titik tertinggi. Harga batu bara di pasar internasional pada posisi 12 Februari lalu mencapai US$43,35 per ton atau tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Setelah itu, mengalami penurunan menjadi US$43,25 per ton (19 Februari) dan US$43,15 per ton pada posisi 26 Februari lalu. Harga batu bara terakhir (26 Feb. 2004) sebesar US$43,15 per ton, menurut laporan Barlow Jonker Coal Index, tergolong tinggi dibandingkan tingkat harga yang dicapai sepanjang 2003. Pada Januari 2003 harga batu bara mencapai US$25,5 per ton. Sepanjang tahun tersebut harga batu bara hanya mengalami penurunan pada April hingga Juni (US$23,5 per ton). Kemudian melesat dan mencapai puncaknya pada Desember (US$43 per ton). Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, Bambang Susanto, menjelaskan meski harga batu bara saat ini cukup menguntungkan, namun tidak semua perusahaan yang akan menikmatinya. Sebab, menurut dia, penjualan batu bara oleh perusahaan sudah terikat kontrak jangka panjang, apalagi hingga kini tidak banyak perusahaan yang menambah investasi. "Kalaupun bisa menjual langsung di pasar spot dari tambahan produksi, jumlahnya tidak banyak. Paling hanya beberapa saja yang mampu meraih keuntungan dari melonjaknya harga," katanya kepada Bisnis, kemarin. (zuf) Catatan Tim Peng. Data DPMB: kenaikan yang signifikan tersebut khususnya adanya peningkatan rencana produksi 2004 beberapa tambang batubara utama, khususnya PT KPC sebesar 26 juta ton, atau naik sebanyak 10 juta ton dibandingkan realisasi produksi 2003, dan PT Arutmin sebsar 17 juta ton atau naik sekitar 4 juta ton dibandingkan realisasi 2003. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|