Investor Tertarik Proyek Energi Panas Bumi di Indonesia

Investor Tertarik Proyek Energi Panas Bumi di Indonesia 

Kompas, 2 Mei 2005

Turki, Kompas - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menegaskan, investor sudah mulai memberikan perhatian serius kepada pengembangan pemanfaatan energi panas bumi (geotermal) di Indonesia. Hal itu terkait dengan kebijakan harga bahan bakar minyak di Indonesia yang telah membuat harga listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan BBM.

 

Demikian diutarakan Purnomo Yusgiantoro seusai menerima secara resmi penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan World Geothermal Conference (WGC) 2010, yang akan diadakan di Bali, seperti dilaporkan wartawan Kompas Buyung Wijaya Kusuma dari acara penutupan WGC 2005 di Antalya, Turki, Jumat (29/4). Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, yakni setara dengan 27.000 Megawatt atau 40 persen cadangan panas bumi dunia.

Purnomo juga mengundang seluruh investor yang hadir dalam WGC untuk mengembangkan pemanfaatan panas bumi di Indonesia, sejalan dengan kebijakan energi nasional untuk mengembangkan energi terbarukan. Untuk itu, Pemerintah Indonesia memberikan jaminan kepada investor dengan menyediakan iklim usaha yang fair.

Keyakinan Indonesia untuk menarik perhatian investasi pengembangan panas bumi sejalan dengan tren pemanfaatan geotermal yang dibicarakan dalam WGC 2005. Pakar geotermal, Lucian Y Bronicki, mengatakan, tren pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi pada saat ini adanya di negara berkembang. Jadi, bukan hanya dominasi negara-negara kaya.

Pakar geotermal lainnya, James Koenig mengatakan, tren pengembangan energi panas bumi dan pemanfaatannya untuk pembangkit listrik tidak hanya terfokus pada harga jual listrik semata. Tetapi, saat ini, sudah mengarah pada keinginan suatu negara untuk memanfaatkan sumber daya energi terbarukan yang ada. Memberikan hak akses kepada rakyatnya untuk mendapatkannya.

Tergantung sumur

Direktur Pembangkitan dan Energi Primer Ali Herman Ibrahim mengatakan, keekonomian pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) tergantung pada investasi di lapangan panas bumi karena setiap sumur berbeda biaya dan jumlah cadangan. Biaya pembangunan pembangkit listrik sudah merupakan standar yang berlaku di dunia.

Saat ini harga listrik yang dibeli dari pembangkit berbahan bakar panas bumi sebesar 4,5 sen dollar AS per kilowatt kali jam (kWh). Pembangkit dengan bahan bakar batu bara lebih murah. Apabila pembangkit itu di mulut tambang, bisa mencapai 3,5 sen dollar AS per kWh.

sumber: