Investor Pelabuhan Juga Lirik Usaha Tambang


Radar Banjar, PELAIHARI ,-
  Investasi pembangunan pelabuhan samudera di Pantai Sanipah ternyata tidak hanya menarik minat perusahaan pelayaran dari Taiwan. Tapi grup investor dari Korea dan Cina juga tertarik untuk membangun pelabuhan samudera di wilayah Tanah Laut. Sayangnya, hampir semua investor tidak hanya berminat untuk membangun pelabuhan semata, tapi juga melirik usaha lain, khususnya di sektor pertambangan. Bahkan ada perusahaan yang semula berminat untuk bangun pelabuhan, namun setelah berhasil mendapat areal tambang dan melakukan eksploitasi, mereka mengurungkan niatnya untuk membangun pelabuhan samudera.

Berbagai macam sikap investor ini disampaikan Bupati Tala Drs H Adriansyah kepada wartawan koran ini Jumat (1/10) lalu.

"Sebenarnya sudah ada beberapa calon investor yang tertarik untuk membangun pelabuhan samudera di Pantai Sanipah, Selain Akunsakti grup ada juga grup investor dari Korea dan Cina yang tertarik," terangnya ketika ditanya mengenai perkembangan terakhir rencana investasi pelabuhan, setelah Sabtu (25/9) lalu serombongan calon investor Taiwan, dengan dipandu Wakil Bupati H Ikhsanudin Husin, melihat langsung lahan seluas 500 hektare di Pantai Sanipah yang dicadangkan pemkab untuk pelabuhan samudera.

Sayangnya, menurut Aad sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari investor Taiwan tersebut, karena setelah selesai meninjau lapangan mereka langsung pulang.

"Memang, pada waktu pertemuan dengan kami, sepertinya mereka tidak hanya ingin berinvestasi untuk membangun pelabuhan, tapi juga berharap mendapatkan areal untuk bisa ditambang," ujar Aad.

Menyikapi keinginan tersebut, Aad mengaku sudah berusaha meyakinkan, bahwa tanpa mempunyai tambang sendiri pun investasi pelabuhan samudera di wilayah Tala cukup menguntungkan.

"Apalagi kalau pelabuhannya bisa disandari kapal dengan bobot 80 ribu ton, maka pengiriman batubara dari daerah Kabupaten Rantau, Banjar dan Tanah Bumbu bisa beralih lewat sini, juga bisa digunakan untuk angkutan penumpang dan barang lainnya," ujar Aad.

Pasalnya daerah tambang, khususnya batubara di Tanah Laut yang memiliki deposit besar, sudah dikuasai dua perusahaan tambang pemegang perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dengan pemerintah pusat. Yaitu PT Arutmin dan PT Jorong Barutama Greston, sedangkan yang tersisa dan ditambang pengusaha-pengusaha pemegang Kuasa Pertambangan hanya berupa sayap-sayap saja.

Upaya serupa menurutnya juga telah dilakukan terhadap calon investor Cina yaitu PT Ky, bedanya PT Ky saat ini sudah mendapatkan usaha tambang bijih besi di daerah Sungai Bakar Kecamatan Pelaihari, yaitu di areal tambang milik PD Aneka Usaha Manuntung Berseri (PD AUMB). Namun, setelah mendapati deposit biji besi di wilayah tambangnya tidak sebesar perkiraan semula, akhirnya investor Cina inipun tampak enggan untuk meneruskan rencana investasi pelabuhannya dan lebih tertarik mengirim bijih besi melalui pelabuhan Trisakti Banjarmasin.

Lantas bagaimana dengan investor Korea? "Nah, untuk yang satu ini kami juga masih terus melakukan pendekatan," ujar Aad.

Tampaknya Aad lebih tertarik dengan investor satu ini, pasalnya rencana investor Korea untuk membangun pelabuhan, merupakan bagian dari keinginan mereka untuk mengimpor jagung dari Tanah Laut. Sehingga dengan adanya pelabuhan diharapkan pengiriman bisa dilakukan langsung dari daerah ini.

Namun, rencana ini masih terkendala produksi jagung daerah ini yang rata-rata pertahun baru 40 ribu ton. Sedangkan pihak Korea berharap bisa mengimpor jagung dari daerah ini sebesar 15 ribu ton perbulan. Karena itulah, pemkab Tala terus berusaha menggenjot produksi jagungnya, terakhir dengan pencanangan gerakan 100 ribu ton jagung beberapa waktu lalu oleh Gubernur Kalsel H Sjahriel Darham di Desa Tajau Pecah Kecamatan Batu Ampar.

sumber: