Investor India dan Cina Minati Proyek Biofuel Indonesia

Investor India dan Cina Minati Proyek Biofuel Indonesia
Minggu, 13 Agustus 2006 | 19:48 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Investor dari India, Singapura, dan Cina berminat terhadap proyek pengembangan biofuel di Indonesia. Ketua Tim Pengembangan Bahan Bakar Nabati Al Hilal Hamdi mengatakan, saat ini para investor asing tersebut sudah meninjau lokasi-lokasi yang menurut rencanaditanami tanaman untuk biofuel. Biofuel terdiri dari tiga produk yaitu bioethanol, biodiesel, dan biooil.

"Investor India tertarik dengan lahan di Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur," kata Al Hilal Hamdi kepada Tempo, akhir pekan lalu.

Investor India tersebut tertarik mengembangkan lahan dari Lampung sampai Waikanan dengan total 300 ribu hektare. Mereka tertarik dengan pengembangan tanaman kelapa sawit dan jarak. "Mereka punya dana riset sebesar US$ 30 juta untuk penanaman sawit dan jarak," ujar Al Hilal.

Sedangkan investor Cina, lanjut dia, mengkhususkan diri pada tanaman singkong untuk bioethanol. "Pekan depan grup dari China ini datang," ucapnya.

Dia memperkirakan, pengembangan tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar nabati akan jauh lebih cepat. Alasannya, penanganannya tidak serumit tanaman sawit. Karena itu, khusus untuk tanaman jarak pagar, pemerintah memberikan dorongan kuat supaya bisa lebih terealisasi.

Departemen Pertanian saat ini bertugas membuat pemetaan mengenai lahan-lahan yang potensial. Dari peta tersebut, kalangan pebisnis dan masyarakat yang berminat untuk berbisnis di bidang ini, bisa mengetahui dan memilih lahan-lahan yang potensial. Sedangkan Departemen Perindustrian menyiapkan 180 unit mesin untuk industri skala kecil di setiap lokasi pembibitan.

Mengenai tingginya harga minyak sawit mentah (CPO) saat ini, dia berpendapat, dengan masuknya para investor yang akan menggarap lahan-lahan tersebut justru akan bisa menurunkan harga CPO. "Sekarang kan kecenderungannya naik, ketika mereka masuk, maka ada tambahan pasokan dari mereka, sehingga harga CPO bisa turun," jelasnya.

Pemerintah cukup optimis dengan program pengembangan biofuel ini. Alasannya, selain diperkirakan akan mengurangi ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak, juga akan menyerap tenaga kerja 3 setengah juta orang. Industri rumah tangga sampai industri besar bisa ikut terlibat. "Mereka boleh ekspor produk mereka," Hilal menambahkan

sumber: