Industri Tekstil di Surakarta Gunakan Batu Bara untuk Sumber Energi
Industri Tekstil di Surakarta Gunakan Batu Bara untuk Sumber Energi
Kamis, 02 Pebruari 2006 | 10:20 WIB
TEMPO Interaktif, Solo:Batu bara mulai digunakan 30 persen lebih dari 64 industri tekstil di karesidenan Surakarta sebagai sumber energi. Efisiensi penggunaan energi batu bara ini bisa mencapai 40 persen jika dibandingkan dengan penggunaan BBM.
Meski efektif untuk mengurangi beban produksi dan menekan laju PHK, namun pencemaran akibat limbah padat penggunaan batu bara menjadi persoalan serius dalam jangka panjang. Pasalnya, di Surakarta belum ada pengolahan limbah batu bara.
Sekretaris Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Pank Supardi, di ruang kerjanya, Kamis (2/2), mengatakan, "Belum adanya pengolahan limbah batu bara bisa menjadi masalah serius." Diakuinya, selain kendala tempat pengolahan limbah, biaya investasi penggantian sumber energi BBM menjadi batu bara membutuhkan dana cukup besar. "Tapi itu tetap ditempuh karena harga BBM industri memang sangat berat. Alternatif ini juga bisa mengurangi PHK besar-besaran," ujarnya.
Hanya saja, Apindo meresahkan terjadinya pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah batu bara tersebut. Permasalahan bagi industri yang menggunakan batu bara adalah soal pengolahan limbahnya. Selama ini banyak perusahaan yang membuang limbah batu bara di sekitar lingkungan pabrik. "Hingga saat ini, di Jateng belum ada perusahaan yang menampung dan mengolah limbah padat batu bara yang termasuk dalam kategori bahan beracun berbahaya (B3). Selama ini mereka hanya menampung di area sendiri," katanya.
Untuk itu Apindo mendesak pemerintah bisa memfasilitasi permasalahan ini dengan mencarikan solusi pengolahan limbah padat batu bara. Pemerintah bisa mendirikan atau mengundang investor untuk membangun lokasi pengolahan limbah padat batu bara ini. Sebab perusahaan yang akan beralih ke sumber energi batu bara akan terus bertambah seiring dengan beratnya penggunaan sumber energi minyak. Anas Syahirul