Penulis: Sidik Sukandar JAKARTA--MIOL: Pengelolaan industri minyak dan gas (migas) di Indonesia sebagian besar atau sekitar 85% dikuasai oleh kontraktor asing sedangkan kontribusi perusahaan nasional hanya 15%. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Asperminas) Effendi Siradjuddin mengatakan rendahnya kontribusi perusahaan lokal dalam pengelolaan industri migas tersebut disebabkan keterbatasan modal. Karena itu, Asperminas akan menjalin kerjasama kalangan perbankan. "Kami menargetkan dapat meningkatkan kontribusi itu menjadi lebih dari 50 persen pada tahun 2020 mendatang," katanya usai pemilihan sekaligus pembentukan asosiasi, di Jakarta, Kamis (26/1). Effendi mengatakan, selama 120 tahun kegiatan pengelolaan industri migas berlangsung di negeri ini, praktis peran maupun kiprah industri migas nasional masih sangat rendah. Kondisi ini berbanding terbalik dengan di China, dimana peran industri migas asing di negeri Tirai Bambu itu cuma 3%. Karena itu, kata dia, peran perusahaan migas nasional dalam mengelola industri migas di negeri ini akan ditingkatkan. Dari aspek keahlian, sumber daya manusia, manajemen pengelolaan, serta pengalaman yang dibutuhkan untuk mengelola industri migas di Indonesia, kemampuan pengusaha migas nasional tak perlu diragukan. "Mungkin soal modal yang perlu kita carikan jalan keluarnya. Untuk itu, kami juga sudah menjalin kerjasama dengan Bank Indonesia, dan mungkin nanti juga dengan kalangan perbankan nasional," jelasnya. Menurut Effendi, untuk bisa meningkatkan perannya di Indonesia, dibutuhkan kerja keras pengusaha migas nasional, serta membutuhkan dukungan dari pemerintah dan DPR. "Pemerintah dengan dukungan DPR melalui kebijakannya bisa lebih memberdayakan peran pengusaha migas nasional di republik ini di masa-masa mendatang," jelasnya. Menurutnya, untuk bisa meningkatkan peran perusahaan migas nasional agar bisa menjadi tuan di negerinya sendiri, dan memiliki daya saing global, sangat dibutuhkan terciptanya iklim investasi yang kondusif. "Konkretnya, iklim investasi harus dibuat kondusif sehingga mampu menarik pendanaan dari dalam negeri dan luar negeri untuk meningkatkan pertumbuhan industri migas dan perusahaan migas nasional," katanya. Kebutuhan modal untuk mengusahakan industri migas di tanah air sejauh ini memang terbilang tidak kecil. Untuk tahun lalu saja, kata Effendi, nilai investasinya mencapai US$7 miliar. "Ini sebagian besar bisa dipenuhi oleh bank-bank nasional kita, kalau iklim investasi kondusif yang kami jelaskan tadi bisa terwujud," katanya. (Sdk/OL-06) |