Indonesia siap pasok batu bara ke pasar Jepang

JAKARTA (Bisnis): Indonesia siap melakukan penetrasi pasar batu bara ke Jepang, menyusul kekhawatiran negara itu terhadap pengurangan pasokan dari China.

Direktur Pengusahaan Mineral dan Batubara Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral Mahyudin Lubis mengungkapkan pembatasan pasokan batu baradari China ke Jepang diperkirakan berlanjut karena Negara Tirai Bambu tersebut memprioritaskan kebutuhan untuk domestik.

Pembatasan ekspor batu bara yang diberlakukan China, menurut dia, membuat Jepang sebagai importir utama batu bara dari negara itu khawatir kekurangan pasokan dan menjajaki kemungkinan impor dari Indonesia.

"Kapasitas produksi batu barakita yang cukup besar, saya kira bisa memenuhi permintaan pasar Jepang," ujarnya di Jakarta kemarin.

Kebutuhan batu baraJepang merupakan yang kedua terbesar setelah Eropa. Kebutuhan batu bara Negeri Matahari Terbit itu pada 2003 mencapai 100 juta ton. Tahun lalu konsumsi batu baraJepang diperkirakan naik menjadi 102 juta ton.

Mahyudin optimistis Indonesia tidak banyak menemukan kesulitan untuk merealisasikan ekspor batu barake Jepang. Sebab, katanya, sebagian besar produksi batu baranasional dialokasikan untuk kebutuhan pasar ekspor. Negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia sejauh ini adalah Filipina, Korsel, Thailand, India dan Malaysia.

Dengan membaiknya harga batu baradi pasar internasional, kata Mahyudin, produksi batu baraIndonesia kini diprioritaskan dijual untuk pasar ekspor.

"Prioritas memenuhi pasar ekspor karena saat ini harga batu baraberkisar US$25-US$32 per ton. Bahkan, batu baraproduksi PT Kaltim Prima Coal (KPC) harganya mencapai US$50 per ton."

Di tengah situasi pasokan batu barayang sedang mengetat saat ini, Mahyudi berkeyakinan konsumen batu baradi Asia, khususnya Jepang, akan lebih memilih produksi Indonesia karena perimbangan tingkat biaya angkut lebih murah.

Biaya pengangkutan batubara, lanjutnya, bahkan bisa menjadi lebih dari dua kali lipat-dengan varitas biaya angkut terdapat perbedaan US$6-US$8 per ton-jika dikirimkan oleh Australia dibandingkan dengan Indonesia.

Dengan kendala prasarana dan biaya angkut yang lebih tinggi pada produsen kompetitor dari negara lain, menurut dia, maka seharusnya produsen batu bara nasional memanfaatkan momentum peluang pasar dengan proaktif mengambil pangsa pasar yang terbuka luas.

sumber: