Indonesia Power cari tambahan batu bara 2 juta ton per tahun
Direktur Produksi PT Indonesia Power Ahmad Sodikin mengatakan pihaknya masih mempersiapkan proses tender yang akan dibuka bulan ini untuk memberikan kesempatan kepada perusahaan produsen batu bara.
"Ini sedang prakualifikasi yang diperpanjang sampai 15 Juni [2005]. Sekarang sudah ada sekitar 40 perusahaan yang berminat. Setelah dievaluasi, nanti baru tendernya dibuka," ujarnya di sela-sela rapat dengar pendapat manajemen PT PLN dengan Komisi VII DPR, kemarin.
Tender itu, jelasnya, dilakukan untuk mengisi kekosongan pasokan sekitar dua juta ton per tahun menyusul habisnya masa kontrak suplai perseroan itu dengan PT Kideco Jaya Agung pada tahun depan.
Menurut Ahmad, pihaknya tidak akan memperpanjang kontrak itu dan sepakat melakukan tender agar ada kesempatan bagi pihak lain untuk memasok batu bara ke pembangkit listrik tersebut.
"Tidak diperpanjang kontraknya. Biar ada yang bisa ikut lainnya. Makanya ini kami tenderkan. Ini yang berminat juga sudah banyak. Seperti Adaro, Arutmin, dan lainnya," tukasnya.
PLTU Suralaya sendiri diperkirakan membutuhkan batu bara hingga 14 juta ton per tahun. Saat ini, PT Indonesia Power sebagai operator pembangkit itu mendapatkan pasokan dari sejumlah produsen.
Ahmad menyebutkan sedikitnya enam juta ton batu bara per tahun dipasok oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), dua juta ton per tahun dari PT Kideco Jaya Agung, satu juta ton per tahun dari PT Adaro
Terkait insiden kebocoran boiler di salah satu unit pembangkit Suralaya pada akhir pekan lalu, Direktur Utama PT Indonesia Power Abimanyu Suyoso mengungkapkan hal itu terjadi karena semua unit pembangkit dioperasikan secara penuh akhir-akhir ini.
"Kondisi operasi ini terganggu karena operasi penuh. Karena tekanannya besar, kalau itu terjadi kebocoran, airnya nembak pipa sebelahnya, jadi ikut bocor juga. Makanya jadi banyak."
Menurut dia, pembangkit unit VI itu memang seharusnya sedang dalam masa peristirahatan untuk dilakukan perbaikan.
Namun, karena neraca daya defisit, mesin tersebut juga terpaksa digunakan untuk menutup kekurangan daya sehingga tujuh unit mesin pembangkit di PLTU Suralaya menyuplai produksi total sekitar 3.400 MW.
"Seharus memang ada satu yang diistirahatkan sebagai cadangan. Kalau sudah begini, ini butuh
ÂÂ
sumber: