Indonesia Perlu Diversifikasi Menghadapi Krisis Energi

Indonesia Perlu Diversifikasi Menghadapi Krisis Energi

Kompas, 13 Juni 2005

 

Denpasar, Kompas - Menghadapi krisis pasokan energi minyak bumi pada 2030, Indonesia perlu menyiapkan diversifikasi energi. Diversifikasi tersebut di antaranya dengan pemanfaatan tenaga gas dan nuklir.

"Sebagai negara berkembang, kita masih sangat bergantung dengan pasokan minyak bumi. Pemerintah tengah mengkaji bagaimana memanfaatkan secara optimal tenaga gas yang dimiliki, juga menjajaki penggunaan tenaga nuklir," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, pada pertemuan kelompok ahli Diplomasi Energi dalam Konstelasi Politik Kawasan, di Hotel Patra Bali, Jumat (10/6).

Purnomo mengatakan, potensi energi nasional 2004, cadangan minyak bumi Indonesia sekitar 10 miliar barrel dari sumber daya 86,9 miliar barrel. Kawasan Timur Tengah masih memiliki sekitar 730 miliar barrel.

Di masa mendatang Indonesia akan bergantung pada negara Timur Tengah. "Karena itu, kita memerlukan diskusi memikirkan langkah strategis yang melibatkan diplomasi politik dalam bidang energi yang aman," ujar Purnomo.

Menurut Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri perlu diplomasi yang aman antarnegara berkepentingan.

Ia mencontohkan, keberadaan Selat Malaka penting bagi lalu lintas energi, terutama untuk pasokan minyak bumi bagi Indonesia, Malaysia, Filipina, Korea, dan beberapa negara lainnya. Posisi Selat Malaka amat strategis sehingga butuh penjagaan yang ketat. Selat itu di bawah kebijakan Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Terkait hal itu, Purnomo menjelaskan, beberapa tahun lalu di Pulau Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam, akan dibangun kilang minyak untuk menyimpan cadangan. Cadangan itu untuk negara-negara di wilayah itu yang membutuhkan minyak. Pasokan minyak tetap dari negara Timur Tengah. "Hal itu masih dikaji kembali karena tsunami, dan Filipina juga belum sepakat," kata Purnomo.

Pada blue print Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, kondisi industri energi saat ini belum optimal dan harga energi belum capai nilai ekonomis.

Sasaran mendatang pemerintah akan memperbaiki pembangunan infrastruktur energi untuk minyak bumi melalui pipanisasi di Jawa, kilang, depot, dan terminal transit. Untuk gas, perlu perbaikan pembangunan pipanisasi Kalimantan-Jawa, Jawa Barat-Jawa Timur, Sumatera-Jawa, hingga trans-ASEAN.

sumber: