Iklim Investasi Sektor Migas di Indonesia Belum Kondusif
Jumat, 26 Agustus 2005, 06:19 WIB
Iklim Investasi Sektor Migas di Indonesia Belum Kondusif
Laporan -
JAKARTA, investorindonesia.com
Asosiasi Perminyakan Indonesia (The Indonesian Petroleum Association/IPA) mengungkapkan, iklim investasi di sektor minyak dan gas di Indonesia masih belum kondusif.
Presiden IPA Chris Newton di Jakarta, Kamis mengatakan, Indonesia perlu memperbaiki iklim investasinya secara lebih kompetitif, sehingga dapat menarik lebih banyak investor migas.
"Perbaikan iklim investasi juga terkait target produksi minyak sebesar 1,3 juta barel per hari (bph) di tahun 2009," katanya saat menjelaskan diselenggarakannya Konvensi dan Pameran IPA ke-30 di Balai Sidang Jakarta, pada 30 Agustus - 1 September 2005.
Newton mengatakan, perbaikan iklim investasi akan meningkatkan kepercayaan perusahaan dalam menanamkan modalnya baik proyek-proyek baru maupun yang saat ini telah berjalan.
"Tingkat kepercayaan bisa diartikan sebagai bukti keberhasilan di masa lalu, peningkatan stabilitas ekonomi makro, politik dan keamanan serta tercapainya target ekonomi yang diharapkan," katanya.
Menurut dia, industri hulu migas di Indonesia saat ini sedang berada pada titik penentuan guna memenuhi semua tantangan di pasar global.
Jika tidak ditangani dengan baik, lanjutnya, industri migas di Indonesia akan terus mengalami kemunduran.
Padahal, Indonesia pernah mencapai puncak produksi minyak 10 tahun yang lalu hingga 1,6 juta bph, namun saat ini produksi minyak Indonesia menurun tajam hanya 1,070 juta bph.
"Sudah saatnya semua pihak bekerja sama dan bahu-membahu membangun serta meningkakan investasi di industri migas. Jika bisa dilakukan segera, saya optimis masa depan industri minyak di Indonesia akan cerah," katanya.
Ia mengatakan, tanpa eksplorasi yang sukses dan investasi yang optimal, produksi minyak dari sumber-sumber yang ada sekarang diperkirakan akan menurun 50 persen dalam 10 tahun mendatang.
"Namun, pemerintah dan para ahli geologi dari perusahaan-perusahaan minyak tetap optimistis dengan potensi hidrokarbon di wilayah Indonesia yang belum tereksplorasi," katanya.
Newton menambahkan, sukses yang diraih oleh investor akan menjadi daya tarik bagi investor lain. Sebaliknya, jika ada investor yang meninggalkan Indonesia, akan mengirimkan sinyal negatif.
Direktur Eksekutif IPA Suyitno Padmokusumo menambahkan, salah satu faktor belum kondusifnya iklim investasi di sektor migas adalah buruknya regulasi.
"Dari tahun 90-an hingga kini tidak ada kepastian regulasi di sektor migas. Masih ada keraguan pemerintah dalam pelaksanaannya. Hal ini membuat investasi menjadi menurun," katanya.
Konvensi
Mengenai konvensi, Ketua Penyelenggara Konvensi dan Pameran IPA Edi Bambang Setyobudi mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan akan membuka acara tahunan yang akan diikuti semua pelaku utama industri migas di Indonesia.
Hadir juga memberi sambutan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Chairman and CEO Chevron, David O`Reilly, Larry Lucky dari PriceWaterhouseCooper dan Jim Slutz dari US Department of Energy.
Konvensi yang mengambil tema "Pentingnya membangun iklim yang kompetitif untuk menarik investor migas di Indonesia" akan diisi dengan berbagai aktivitas seperti presentasi makalah teknis, pameran, kunjungan ke lapangan, acara sosial dan kursus singkat.
"Sejauh ini, panitia telah mendapatkan konfirmasi lebih dari 1.697 peserta, baik dalam maupun luar negeri yang akan datang dalam konvesi," ujarnya. (ant)
sumber: