Harga Saham Bukit Asam Rp 650, Bank BNI Batalkan "Right Issue"

 

Jakarta, Kompas - Calon investor asing dan lokal yang berminat dalam divestasi PT Tambang Batu Bara Bukit Asam akan mendapat perlakuan yang sama. Pada penawaran kedua (secondary offering) dalam rangka divestasi lanjutan saham pemerintah di PT Tambang Batu Bara Bukit Asam harga yang terbentuk sebesar Rp 650 per saham.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan Senin (21/6), harga saham PT Bukit Asam melemah Rp 25, dan ditutup pada harga Rp 650 per saham. Sebelumnya, harga penutupan saham PT Bukit Asam sebelum dihentikan sementara perdagangannya sehubungan pelaksanaan proses divestasi sebesar Rp 675 per saham.

Penjatahan untuk pemesanan saham akan dimulai setelah hari Rabu mendatang. "Penjatahan akan dilakukan segera seusai offering (penawaran) yang dijadwalkan selesai pada Rabu pekan ini. Menurut aturan Badan Pengawas Pasar Modal, penawaran memang maksimal dilakukan dalam tiga hari kerja," ujar Direktur Utama Danareksa Sekuritas Wahzary Wardaya, Senin di Jakarta.

Ketika ditanya apakah para calon investor dalam negeri akan mendapatkan prioritas dalam penjatahan mendatang, Wahzary mengatakan pada dasarnya semua calon mendapatkan kesempatan yang sama. "Akan dilihat dan sangat tergantung dari penawaran yang masuk. Dilihat nanti bagaimana penawaran asing dan lokalnya," katanya lagi.

Dalam divestasi lanjutan ini, Danareksa berperan sebagai penjamin pelaksana emisi.

BNI batalkan "right issue"

Sementara itu, rencana penerbitan saham baru (right issue) sebesar 10-20 persen atau senilai Rp 1 triliun yang semula direncanakan berbarengan dengan divestasi 30 persen saham pemerintah di Bank BNI kemungkinan besar dibatalkan. Adapun divestasi 30 persen saham diharapkan selesai paling lambat November tahun ini.

Direktur Utama Bank BNI Sigit Pramono seusai rapat Tim Kebijakan Privatisasi (TKP) kemarin di Jakarta mengatakan, pembatalan rencana right issue itu karena kondisi pasar saat ini kurang menguntungkan. "Kemungkinan besar right issue memang akan kami batalkan dengan pertimbangan pasar. Kami masih upayakan mencari alternatif lain untuk memperkuat modal Bank BNI dengan upaya lain," katanya.

Ia mengakui keputusan final divestasi 30 persen memang masih menunggu, kemungkinan besar minggu depan itu akan diputuskan. "Kami berharap Oktober hingga November tahun ini, proses divestasi itu harus sudah dilakukan. Paling telat, November 2004 ini, proses penjualannya harus sudah masuk ke pasar," ujarnya.

Menurut sumber Kompas di Kantor Menteri Negara BUMN, salah satu alasan pembatalan penerbitan saham baru tersebut karena pemerintah khawatir right issue akan menyebabkan saham kepemilikan pemerintah akan terdilusi.

Sigit juga mengakui rencana penerbitan obligasi subdebt senilai 200 juta dollar AS hingga 300 juta dollar AS yang akan diterbitkan akhir bulan Juni juga urung dilaksanakan karena kondisi pasar yang kurang menguntungkan.

sumber: