Harga Minyak Mentah di Bawah US$ 50/Barel Diharapkan Bisa Selesaikan Masalah Ekonomi

 

Rabu, 12 Oktober 2005, 07:30 WIB
Harga Minyak Mentah di Bawah US$ 50/Barel Diharapkan Bisa Selesaikan Masalah Ekonomi

Laporan -

JAKARTA, investorindonesia.com

Menkominfo Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah berharap harga minyak di pasar internasional kembali turun di bawah kisaran US$ 50 per barel, sehingga ekonomi nasional yang sempat terpukul akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa kembali bangkit.

"Kita berdoa, mudah-mudahan dengan puasa Ramadhan yang kita jalankan harga minyak bisa di bawah US$ 50. Kasihan rakyat kecil," kata Sofyan di depan sekitar 30 orang Pemimpin Redaksi media massa nasional, di Kantor Menkominfo, Selasa malam.

Menurut Sofyan, kalau harga minyak turun mungkin segala permasalahan yang membelit perkonomian akan tuntas serta mampu menyelesaikan berbagai problem ekonomi ke depan.

Ia mengakui, sebenarnya pemerintah berada pada dua pilihan yang sulit yaitu, menaikkan harga BBM tapi ekonomi ke depan akan membaik, atau tidak menaikkan harga BBM yang konsekuensinya nilai rupiah terpuruk akibat kepercayaan menurun dan ekonomi secara keseluruhan kolaps.

Dia menegaskan, keputusan pemerintah menaikkan harga BBM pada 1 Oktober 2005 rata-rata naik hingga 126% merupakan pertimbangan yang sudah dipikirkan matang-matang demi berlanjutnya APBN, dan mendorong agar rupiah tidak mencapai lebih dari Rp12.000 per dolar AS atau bahkan Rp16.000 per dolar AS.

"Pemerintah tentu tidak menginginkan krisis ekonomi seperti yang terjadi pada 1998 terulang. Maka dipilihlah kebijakan yang tidak populer tapi ekonomi terselamatkan," kata dia.

Sofyan menjelaskan, masalah krusial yang mengakibatkan kenaikan harga BBM selalu menjadi petaka terhadap ekonomi adalah kebijakan pemerintahan di masa lalu yang menempatkan komoditas ini terutama minyak tanah menjadi alat politik bukan alat ekonomi.

"Ini kesalahan beberapa pemerintahan sebelumnya yang selalu mempolitisasi harga BBM, sehingga PT Pertamina sebagai aset penting tidak bisa berkembang dan cenderung tertekan," kata Sofyan.

Untuk itu, lanjutnya, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan segala upaya menyelesaikan masalah ekonomi bangsa yang diawali dengan memperbaiki sistem perminyakan nasional.

Menanggapi satu tahun pemerintahan SBY dalam upaya memperbaiki sistem pemerintahan, Sofyan menjelaskan, meski belum sepenuhnya efektif, berbagai langkah sudah dilakukan mulai dari masalah illegal loging, penyeludupan, hingga korupsi dan nepostism (KKN).

"Banyak hal yang selama ini menghambat sistem perekonomian termasuk birokrasi di semua lini di pemerintahan sudah dikikis," ujar Sofyan. (ant)

sumber: